
Klaim Kesehatan Naik Bikin Asosiasi Asuransi Khawatir

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melihat lonjakan klaim asuransi kesehatan naik secara mengkhawatirkan beberapa saat terakhir. Total klaim asuransi kesehatan naik 24% menjadi Rp 20,83 triliun sepanjang 2023.
Secara garis besar, total klaim asuransi, turun 6,8% jika dibanding total pembayaran di 2022, atau mengakumulasi nilai Rp 162,75 triliun. Ini terdiri dari klaim meninggal dunia yang turun 8,3% menjadi Rp 11,02 triliun, dan klaim asuransi kesehatan naik 24 %, dengan nilai Rp 20,83 triliun. Sisanya, pembayaran klaim lainnya Rp 6,3 triliun.
Freddy Thamrin Ketua Bidang Literasi dan Pelindungan Konsumen AAJI mengatakan, lebih dari 4 juta orang klaim kesehatan. Adapun yang paling meningkat adalah klaim kesehatan perorangan yang naik 25,9% yoy, atau secara perolehan tercatat Rp 13,4 triliun.
Freddy melihat faktor utama dari peningkatan ini adalah inflasi medis yang tinggi, naiknya harga fasilitas kesehatan dan obat, juga perubahan iklim ekstrem. Ini pun menggambarkan banyak orang sakit dibandingkan dengan meninggal dan kesadaran masyarakat untuk dapat layanan kesehatan yang optimal semakin besar.
"Kami memandang hal tersebut perlu ditanggulangi. Oleh karenanya industri asuransi jiwa meninjau kerja sama dengan rumah sakit, mengevalusai banyak produk dan premi terkait banyaknya klaim yang terjadi. Lalu berdiskusi dengan anggota AAJI terkait hal ini," ungkap Freddy, dalam konferensi pers AAJI, pada Selasa, (27/2/2024).
Selain itu, AAJI juga mendukung langkah OJK untuk menandatangani nota kesepahaman MOU dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Di sisi lain, Ketua Umum AAJI Budi Tampubolon mengatakan terjadi anomali pada pertumbuhan klaim kesehatan tahun ini. Ia mengatakan, kenaikan klaim tidak disertai dengan pertumbuhan premi.
"Kalau misal premi kesehatan naik 10% dan klaim kesehatan naik 10%, kami kira itu angka kesakitannya sama. Jadi proporsinya sama. Tapi ini misalnya, kalau preminya cuma naik 10%, tapi klaim naik 20%," ungkapnya.
Dengan kata lain, ada dua kemungkinkan dari anomali ini, pertama, orang yang sakit meningkat kecenderungannya dibanding tahun sebelumnya. Atau yang kedua, jumlah orang sakitnya sama tapi biaya kesehatannya meningkat.
"Kami sedang cermati, kenapa klaim bisa naik tinggi," tandas Budi.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Soal Polemik Klaim Asuransi Kasus Mirna, Pakar Ungkap Ini...
