Pertemuan Bank Indonesia Dimulai, Akankah Mendongkrak Rupiah Hari Ini?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
20 February 2024 08:17
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada hari ini, Selasa (20/2/2024) hingga besok, Rabu (21/2/2024) pasar keuangan Tanah Air akan dipengaruhi pertemuan Bank Indonesia (BI) yang sudah dimulai, ini diharapkan bisa menjadi pemanis rupiah setelah melemah beberapa hari.

Melansir dari Refinitiv, pada sepanjang perdagangan kemarin, Senin (19/2/2024) rupiah terpantau melemah tipis 0,06% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi Rp15.625/US$. Posisi ini semakin memperpanjang tren pelemahan yang telah terjadi sejak 15 Februari 2024.

Depresiasi mata uang Garuda terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS (DXY) belakangan ini.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto memastikan perkembangan terakhir masih dipengaruhi sentimen global khususnya dolar AS, di mana DXY di minggu sebelumnya sempat melemah, namun di pekan lalu agak menguat kembali.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya capital outflow khususnya dari pasar obligasi Indonesia.

Berdasarkan data transaksi 12 - 15 Februari 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp4,07 triliun terdiri dari jual neto Rp0,98 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp6,03 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,98 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Per 16 Februari 2024, yield SBN 10 tahun stabil di 6,62%.

Tidak sampai di situ, tekanan terhadap rupiah juga hadir pasca data inflasi AS khususnya dari sisi konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang menunjukkan di atas ekspektasi pasar.

Untuk diketahui, inflasi AS yang masih berada di level 3,1% (year on year/yoy) membuat ekspektasi terhadap penurunan level Fed Funds Rate melemah dan mungkin baru bisa terealisasi di semester II-2024. Bagi Indonesia kondisi ini bisa berdampak ke kebijakan BI Rate dan posisi nilai tukar rupiah

Beralih ke domestik, RDG BI akan dilaksanakan hari ini hingga besok (21/2/2024) untuk membahas banyak hal termasuk suku bunga acuan.

Pelaku pasar dan analis memprediksi BI akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini, yakni kembali ditahan di level 6%.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga menunjukkan bahwa suku bunga acuan masih tidak akan mengalami perubahan sejak terakhir kali dinaikkan 25 bps pada Oktober 2023.

BI diproyeksi menahan suku bunga karena melihat kondisi suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang masih ditahan dalam pertemuan terakhir. Apalagi, The Fed diprediksi belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Untuk diketahui, pada pertemuan Januari lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga di 6% karena sebagai langkah konsistensi BI menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, di tengah masih bergejolaknya ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah masih dalam tren sideways dalam rentang support Rp15.600/US$ sampai resistance terdekat di Rp15.650/US$.

Sebagai catatan, resistance atau potensi pelemahan terdekat didasarkan pada garis horizontal yang sudah pernah diuji dari high candle secara intraday pada kemarin (19/2/2024).

Sementara untuk support atau area penguatan terdekat didasarkan level psikologis sekaligus garis horizontal yang pernah diuji pada low candle 15 Februari 2023 lalu.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu Rilis Data Inflasi, Kuatkah Rupiah Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular