GOTO Bantah Rumor Merger Dengan Grab, Manajemen Buka Suara

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
13 February 2024 12:03
Sejumlah pengemudi Gojek bersiap untuk mengendarai motor listrik usai peresmian shelter motor listrik G20 di kawasan pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, Rabu (19/10/2022). Sebanyak 50 motor listrik dengan merek Gesits dan Gogoro disediakan Electrum untuk armada ojek online (ojol) Gojek dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022 mendatang di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Sejumlah pengemudi Gojek bersiap untuk mengendarai motor listrik usai peresmian shelter motor listrik G20 di kawasan pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, Rabu (19/10/2022). Sebanyak 50 motor listrik dengan merek Gesits dan Gogoro disediakan Electrum untuk armada ojek online (ojol) Gojek dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022 mendatang di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rumor di kalangan pelaku pasar yang menyebutkan Gojek dan Grab akan melakukan penggabungan bisnis terus bergulir. Berdasarkan informasi yang beredar, kedua pemain besar yang saling berkompetisi selama belasan tahun silam itu telah memulai kembali perundingan.

Sumber rumor mengatakan, merger penyelenggara aplikasi transportasi Grab dan Gojek merupakan langkah potensial untuk menghentikan kerugian yang diderita kedua perusahaan selama bertahun-tahun akibat persaingan ketat.

Rumor yang berhembus sejak awal pekan lalu itu menuai bantahan. Sinta Setyaningsih, Head of Corporate Communications, GoTo menjelaskan saat ini tidak ada diskusi terkait hal tersebut. "Kami tidak dapat menanggapi informasi yang bersifat rumor. Saat ini tidak ada diskusi terkait hal itu," katanya dalam pernyataan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Selasa (13/2/2024).

Sinta menjelaskan setelah dekonsolidasi Tokopedia, GOTO justru memiliki arus kas yang sangat kuat untuk masuk kembali ke jalur cepat pertumbuhan di bisnis on demand service (ODS) dan finansial (GoTo finansial).

"GoTo saat ini memiliki fundamental dan posisi keuangan yang semakin kuat. Kami telah berhasil mencapai target Adjusted EBITDA positif di Q4 2023. Arus kas kami juga semakin kuat dengan adanya revenue fee tiap kuartal dari Tokopedia," ujar Sinta.

Alih alih berfikir soal merger, manajemen GOTO justru fokus mengembangkan bisnis dengan mengoptimalkan sinergi ekosistem. "Fokus kami ke depan adalah bertumbuh secara sehat dan meraih profitabilitas dengan mendorong pengembangan bisnis dan inovasi produk ODS dan fintech," tambah Sinta.

Pada pernyataan pers sebelumnya, CEO GOTO Patrick Walujo menyampaikan bahwa perseroan mampu meraih EBITDA adjusted positif pada kuartal IV-2023 dan mampu melampaui panduan kinerja EBITDA yang disesuaikan untuk tahun 2023. "Kami juga memiliki agenda melakukan pembelian kembali (buyback) saham apabila mendapat persetujuan dari para pemegang saham dan regulator," kata Patrick waktu itu.

Analis Panin Sekuritas, Rizal Rafly, menilai wajar sikap manajemen GOTO yang tidak terlalu antusias dengan proposal merger. Salah satu pemicunya, setelah Tiktok masuk ke Tokopedia, fundamental GOTO bukan hanya membaik, juga meningkatkan daya saing perusahaan di segmen bisnis lainnya.

"Setelah mendapatkan back up yang kuat di bisnis e-commerce, GOTO kini dapat memfokuskan semua energinya di bisnis ODS (Gojek) dan fintech (GoTo Finansial). Termasuk kembali ekspansi untuk menggenjot pertumbuhan dan memaksimalkan take rate" kata Rizal Rafly.

Pada titik ini, kata Rizal Rafly, tidak ada alasan mendesak bagi GOTO untuk menggabungkan bisnis ODS nya itu. "Justru GOTO memiliki kesempatan terbaik untuk memonetisasi semua potensi bisnis dalam ekosistem setelah masuknya Tiktok. Potensi merger pada segmen ODS GOTO akan semakin menguatkan posisi GOTO dalam menjadi penguasa pangsa pasar ODS di kawasan Asean, serta akan berdampak positif juga pada GTF" katanya.

Menurut Rizal Rafly, kalaupun terjadi proses merger, GOTO memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Apalagi potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar di kawasan dan posisi Gojek sebagai jagoan lokal.

"Jika opsinya adalah berbagi pasar, maka paling mungkin adalah Gojek mengakuisisi aset Grab di Indonesia," katanya.

Yang paling menarik adalah skema transaksinya. Rizal Rafly meyakini, GOTO akan tetap mempertahankan pengendalian terhadap Gojek. "Di meja perundingan (jika memang bakal terjadi), GOTO punya banyak alasan untuk memiliki posisi tawar yang jauh lebih kuat. mengingat Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di kawasan dan Gojek superior di bisnis ODS," kata Rizal Rafly.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Merger Grab dan GoTo Kembali Mencuat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular