
Persaingan Likuiditas Ketat, Target Kredit BTN 2024 Konservatif

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit tahun ini sebesar 11% hingga 12% secara tahunan (yoy). Target itu hampir tidak berbeda dari realisasi pertumbuhan kredit 2023 yang sebesar 11,9% yoy.
Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan sebenarnya hal itu bukan disebabkan karena masalah pada penyaluran kredit, melainkan karena kondisi likuiditas ketat di pasar.
Sebagai informasi, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan secara nasional hanya sebesar 3,8% yoy, sedangkan DPK BTN tumbuh 8,7% menjadi Rp 349,93 triliun pada bulan Desember 2023.
"Jadi kenapa kami menargetkan kredit sama seperti tahun lalu, karena pertimbangan DPK-nya mungkin persaingannya masih ketat. Tapi kalau kami lihat funding position-nya baik, kami akan dorong revisi naik di kredit. Tapi lihat situasi hari ini, kami belum terlalu berani menargetkan lebih dari 12%," jelas Nixon pada Paparan Kinerja 2023 BTN di Menara BTN, Senin (12/2/2024).
Direktur Distribution & Funding BTN Jasmin mengatakan komposisi DPK yang dihimpun pihaknya terdiri dari 78% nasabah korporasi dan 22% dari nasabah retail. Dia mengungkapkan bahwa pertumbuhan DPK di BTN paling banyak berasal dari pendanaan korporasi.
Jasmin mengatakan biaya dana atau cost of fund (CoF) dari korporasi lebih mahal. Oleh karena itu BTN akan melebarkan pangsa pasar asset under management dengan mengatur nilai nominal minimum menjadi Rp 100 juta dari sebelumnya Rp 500 juta.
Dengan demikian, harapannya BTN dapat mengurangi rasio sumber dana dari korporasi-korporasi besar.
Selain itu, BTN juga akan lebih agresif mencari DPK melalui kantor cabang pembantu (KCP). Bank akan mengoptimalkan 541 KCP untuk menjual produk wealth management.
Adapun Jasmin mengatakan tahun ini BTN membidik komposisi dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar 53% hingga 55%. Fokusnya pada tahun ini adalah CASA yang berbasis transaksi retail.
"Makanya, kita ke depannya, kredit itu akan menyesuaikan dengan likuiditas sehingga cost of fund kita nggak akan terlalu tinggi. Kecuali kalau pertumbuhan likuiditas nasional di atas 10% ya. Ini kan cuma 3,8%, ketika demand-nya lebih besar ketimbang supply-nya, harganya kan pasti naik," ujar Jasmin pada kesempatan yang sama.
Di sisi lain, ia menjelaskan target kredit yang tidak meningkat tahun ini karena BTN ingin menjaga rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR). Jasmin mengatakan pihaknya ingin menurunkan LDR di bawah level 90%.
Maka demikian, ia berupaya mendorong pertumbuhan DPK dengan berbagai cara. Satu di antaranya, dengan mendiversifikasi segmen baru yakni divisi medium atau korporasi di segmen menengah. Hal ini guna mengurangi ketergantungan terhadap dana mahal.
Selanjutnya, mengembangkan sektor baru yakni private banking untuk nasabah dengan simpanan di atas Rp 10 miliar dan private banking untuk nasabah dengan simpanan Rp 100 juta hingga Rp 500 juta.
Berikutnya, BTN meningkatkan produktivitas kantor cabang pembantu sebanyak 541, dengan melengkapi dengan produk pendanaan.
Jasmin mengatakan tahun ini BTN membidik komposisi dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar 53% hingga 55%. Fokusnya pada tahun ini adalah CASA yang berbasis transaksi retail.
"Fokusnya retail bagaimana komposisi 22% bisa kita tingkatkan paling enggak menjadi 35% [dari DPK]. Karena kalo bedanya retail dan wholesale itu, cost of fund sekitar 1,5% sampai 2%. Kalau kita bisa menghemat Rp10 triliun itu, bisa menurunkan cost of fund paling enggak Rp200 miliar," pungkasnya.
Sementara itu, untuk keseluruhan DPK, BTN membidik pertumbuhan 9% hingga 10% pada tahun 2024.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BTN Ungkap Rencana Lain Setelah Akuisisi Bank Victoria Syariah