IHSG Jadi Happy Weekend, 2 Saham Bank Jumbo Ini Jadi Penopangnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir kembali menguat pada perdagangan Jumat (2/2/2024) akhir pekan ini, setelah sepanjang hari ini bergerak cukup volatil.
IHSG ditutup menguat 0,52% ke posisi 7.238,78. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.200 hingga perdagangan akhir pekan ini.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9 triliun dengan melibatkan 13 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 193 saham menguat, 295 saham melemah, dan 276 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 0,73%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 11,75 | 5.850 | 1,74% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 11,46 | 6.675 | 1,91% |
Astra International | ASII | 9,08 | 5.325 | 3,90% |
Barito Renewables Energy | BREN | 3,89 | 4.950 | 2,06% |
Charoen Pokphand Indonesia | CPIN | 3,27 | 4.640 | 4,50% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 1,81 | 5.775 | 0,87% |
Sumber: Refinitiv
Dua saham perbankan raksasa menjadi penopang utama IHSG pada hari ini, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencapai 11,7 indeks poin dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 11,5 indeks poin.
Meski berhasil menguat kembali, tetapi IHSG sempat bergerak volatil seperti pada perdagangan sebelumnya. Hal ini karena investor masih cenderung wait and see meski sentimen pasar global cenderung membaik.
Sentimen pasar global cenderung membaik setelah mereka mulai menerima keputusan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengindikasikan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Seperti diketahui, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga seperti yang diharapkan.
Pada konferensi persnya kemarin, Chairman The Fed Jerome Powell menyebut penurunan suku bunga pada bulan Maret "tidak mungkin terjadi," mengatur ulang ekspektasi pasar terhadap poros The Fed yang dovish pada kuartal pertama dan mendorong aksi jual yang tajam.
Alhasil, ekspektasi pasar yang sebelumnya kompak memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan pada Maret mendatang, kini perkiraan pasar seakan terbelah menjadi dua bagian yakni ada yang memperkirakan The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya, ada juga yang tetap optimis bahwa suku bunga dapat dipangkas Maret.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, sebanyak 65,5% pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan menahan suku bunga acuannya pada pertemuan Maret, sedangkan 34,5% memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp).
Sementara sejumlah data ekonomi menunjukkan peningkatan produktivitas membantu membatasi biaya tenaga kerja.
Peningkatan pengumuman PHK dan klaim pengangguran mingguan memberikan bukti lebih lanjut melemahnya pasar tenaga kerja, yang dipandang oleh The Fed sebagai prasyarat untuk memastikan jalur penurunan yang berkelanjutan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)