
Wah! Tabungan Orang Kaya RI Terkuras Gara-gara Pilpres

Jakarta, CNBC Indonesia - Tabungan orang kaya menyusut drastis dari akhir tahun hingga Januari 2024. Ada dugaan, dana itu menyusut efek dari masa kampanye selama pemilihan umum atau pilpres 2024.
Dugaan itu disampaikan ekonom senior Institute for Development od Economics and Finance (INDEF) Aviliani. Menurutnya selama masa kampanye serentak, mulai dari calon presiden, calon legislatif, hingga kepala daerah, membelanjakan uangnya untuk kepentingan meraup suara.
"Mereka mau tidak mau sudah mulai mengkampanye, kan. Nah biasanya kalau mereka kampanye banyak proposal yang masuk kepada mereka baik individu maupun kelompok," kata Aviliani dalam program Power Lunch CNBC Indonesia dikutip Kamis (1/2/2024).
Aviliani mengatakan, kondisi ini pula yang bisa menjelaskan tabungan kalangan masyarakat menengah ke bawah naik. Ia mengatakan, aliran dana dari kelas atas yang terlibat dalam Pemlu 2024 masuk ke kantongnya, ditambah adanya gelontoran berbagai bansos dalam bentu bantuan langsung tunai atau BLT.
"Karena dari data ekonomi tidak memberikan data penyerapan tenaga kerja yang besar, UKM pun juga hidup,ntapi tidak tiba-tiba signifikan meningkat, sehigga kalau dilihat memang cenderungnya kemungkinan bansos BLT, yang kedua PNS banjir gajinya naik luar biasa," ucap Aviliani.
"Jadi saya melihatnya tabungan ini bukan berarti masyarakat penghasilannya meningkat tapi demokrasi ini membuat masyarakat mendapat income dari mana-mana," tutur Aviliani
Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan, tabungan dana nasabah orang kaya atau yang senilai Rp 5 miliar mengalami penurunan. Sementara, tabungan dana nasabah dengan nominal rendah mengalami peningkatan.
"Dari akhir tahun lalu sampai sekarang turun terus, akhir tahun lalu lalu 14-15% sekarang sampai 3,51%," kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (30/1/2024).
Purbaya menduga, penurunan dana nasabah di atas Rp 5 miliar tersebut sebagian besar merupakan korporasi. "Dugaan kami ini korporasi. Kelihatannya. Kita juga takut apa ini tandanya mereka nggak punya duit," ungkapnya.
Menurutnya, korporasi saat ini cenderung mengutamakan penggunaan dana internal terlebih dahulu dibandingkan mengambil kredit perbankan. "Mereka beralih pakai uang sendiri untuk usahanya dibandingkan pinjam di bank apalagi dolar. Jadi pertumbuhan yang sekarang di 3,51% di bawah rata-rata semua. Tapi belum tentu menandakan hal yang negatif," ucapnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga RI Punya Banyak Rekening, Tapi Kurang Melek Keuangan