
Nih! Alasan Investor Was-was Sri Mulyani Mundur Tinggalkan Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu menteri mundur dari kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi perhatian serius bagi investor. Terutama kabar mengenai Sri Mulyani Indrawati yang ingin meninggalkan kursi Menteri Keuangan.
Hal ini terlihat dari pergerakan di pasar keuangan, khususnya rupiah. Mata uang Garuda mengalami pelemahan pada minggu lalu. Rupiah diperdagangkan pada level tertinggi Rp 15.600 dan terendah Rp 15.845 per dolar AS sepanjang minggu lalu, berakhir Jumat (26/1/2024).
"Seminggu terakhir sentimennya berubah, ada cerita gonjang-ganjing politik yang terjadi di dalam neger dan di satu hal lagi, kita harus aware bahwa The Fed tidak akan secepat itu menurunkan suku bunga, jadinya seminggu terakhir wajar ada koreksi di pasar," kata Chief Economist Trimegah Sekuritas, Fakhrul Fulvian kepada CNBC Indonesia.
Menurutnya, pengaruh pelemahan rupiah saat ini, 60% dipengaruhi oleh isu internal dan sisanya 40% eksternal. Kendati demikian, dia menegaskan dampak pernyataan Presiden Joko Widodo yang menuturkan perihal Presiden dan pejabat boleh berkampanye tidak memberikan dampak besar kepada pasar keuangan.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menegaskan kalau dirinya selaku kepala negara boleh berkampanye dan berpihak dalam Pemilihan Umum 2024. Penegasan itu disampaikan Jokowi kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (24/1/2024).
Adapun, berita mengenai menteri Jokowi yang mau mengundurkan diri dinilai lebih berpengaruh terhadap pasar. "Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah isu menteri yang akan mundur," tegasnya.
Berkaca dari kinerjanya, Sri Mulyani dianggap mampu untuk menjaga keuangan negara. Terbukti selepas pandemi covid-19, Indonesia tidak perlu butuh waktu lalu untuk kembali ke defisit anggaran di bawah 3% PDB. Berbeda dibandingkan banyak negara lain yang kini justru terjerat dengan utang besar.
Di sisi lain, kebijakan Sri Mulyani mampu mendorong perekonomian negara hingga mampu tumbuh di sekitar 5% dalam delapan kuartal terakhir. Sosok yang tegas juga membuat mantan bos Bank Dunia tersebut diharapkan mampu menjaga APBN pada tahun politik.
Ekonom senior Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Zaini menjelaskan situasi politik dalam negeri menjadi salah satu sentimen terbesar dari jatuhnya pasar keuangan pekan lalu.
"Situasi politik dalam negeri. Ketidakpastian dalam negeri paling besar mendorong pelemahan rupiah. (Ada) Isu Ibu SMI (Sri Mulyani Indrawati) mau resign (jadi sentimen terbesar)," tutur Mikail, kepada CNBC Indonesia.
Mikail menambahkan secara fundamental rupiah bagus karena masih besarnya surplus neraca perdagangan. Sebagai catatan, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 44 bulan beruntun pada Desember 2023. Sepanjang 2023, surplus mencapai US$ 36,93 miliar.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22 - 25 Januari 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp3,2 triliun terdiri dari jual neto Rp3,31 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp0,52 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Aksi jual neto investor asing berbanding terbalik dari pekan sebelumnya yang menunjukkan net buy sebesar Rp 7,66 triliun pada 15-18 Januari.
Kendati outflow pada pekan lalu, investor asing sepanjang Januari tercatat beli neto Rp7,11 triliun di pasar SBN, beli neto Rp7,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp18,92 triliun di SRBI.
Inflow sepanjang tahun ini tidak dapat dikatakan cukup baik sepenuhnya mengingat terdapat outflow yang terjadi pada pekan kedua dan keempat khususnya di SBN yang masing-masing sekitar Rp3 triliun maupun SRBI.
Jika dibandingkan dengan periode Januari 2023, asing tercatat masuk dengan masif di pasar SBN tak kurang dari Rp30 triliun dan jika digabungkan dengan saham, maka lebih dari Rp32 triliun investor asing 'chip in' ke Indonesia.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penutup Tahun 2023, Asing Masuk Rp 4,28 T ke RI