Tabungan Orang RI Seret, Menkeu Era SBY Ini Ungkap Penyebabnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mencatat Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam tiga bulan terakhir 2023 terbilang seret. Per Desember, DPK yang dihimpun bank hanya naik 3,8% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.234,2 triliun.
Dari penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, posisi per Desember ini adalah yang terendah sejak 1999 atau sejak Era Reformasi. Pertumbuhan DPK sebenarnya sudah lebih tinggi dibandingkan November 2023 sebesar 3,04% dan Oktober 2023 sebesar 3,43%. Namun, bila dilihat dari posisi per Desember atau akhir tahun maka pertumbuhan tersebut adalah yang terendah sejak 1999 atau dalam 24 tahun terakhir.
Menteri Keuangan di era Presiden SBY Chatib Basri memberikan tanggapan mengenai penurunan DPK ini. Komisaris Utama Bank Mandiri ini menilai penurunan DPK terjadi disebabkan oleh masyarakat yang mulai kembali spending pasca-pandemi.
"Karena di dalam masa Covid-19 orang menabung, jadi setelah Covid orang mulai spending. Jadi DPK pasti mengalami penurunan, gitu," tegasnya saat ditemui di acara IIF, Senin (29/1/2024).
Pada masa Covid, sekitar akhir 2021, tabungan masyarakat memang melesat tinggi. Bahkan DPK per Desember 2021 mencapai 11,55% secara tahunan.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan DPK tidak sepenuhnya menujukkan kemampuan pembiayaan. Ada beberapa komponen lain sehingga bisa menggambarkan lebih jelas pembiayaan dari perbankan.
"Jangan kemudian kemampuan funding hanya diukur dari DPK. Kalau kita lihat sisi asetnya bank itu ada kredit ada surat-surat berharga dan tentu juga yang komponen near cash," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024)
Kendati demikian, pertumbuhan DPK per Desember 2023 tidak sejalan dengan laju penyaluran kredit pada bulan yang sama. Kredit pada penghujung 2023 melesat 10,3% yoy menjadi Rp 7.044,8 triliun. Korporasi memimpin pertumbuhan dengan 11,6% yoy, sedangkan kredit yang disalurkan kepada perorangan naik 9% yoy.
Berdasarkan penggunaan, kredit investasi tumbuh paling tinggi, yakni 11% yoy. Kemudian diikuti kredit modal kerja 10,7% yoy dan kredit konsumsi 8,9% yoy.
Adapun, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK dan kredit di perbankan pada tahun ini akan rendah, masing-masing di kisaran 6%-8%, dan 7%-9%. Sedangkan bank besar bisa di atasnya sekitar 1%-2%.
Gagal tumbuhnya DPK dan kredit, kata dia, dipicu sikap hati-hati perbankan karena adanya risiko tekanan ekonomi global akibat perang, harga komoditas yang bergejolak, pelemahan ekonomi, serta masih tingginya inflasi dan suku bunga acuan bank sentral global.
"Ini jadi catatan karena appetite sebenarnya untuk memberikan kredit itu masih cukup tinggi, namun bank akan sangat prudent melihat dan memitigasi risiko sambil melihat peluang," tutur Andry.
(haa/haa)