
Bank Jumbo & Saham Prajogo Bikin IHSG Sesi I Terkapar

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau terkoreksi pada perdagangan sesi I Jumat (26/1/2024), di mana pelaku pasar menyoroti data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi.
Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG merosot 0,92% ke posisi 7.111,847. IHSG pun nyaris ambles hingga 1% pada akhir sesi I hari ini.
Nilai transaksi IHSG pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,6 triliun dengan melibatkan 10 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 712.504 kali. Sebanyak 163 saham menguat, 345 saham melemah, dan 234 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor transportasi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,66%. Selain itu, sektor teknologi juga menjadi pemberat IHSG yakni sebesar 1,64%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi II hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Central Asia | BBCA | -13,75 | 9.300 | -2,11% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -11,69 | 5.425 | -1,81% |
Chandra Asri Petrochemical | TPIA | -8,73 | 5.250 | -4,98% |
Barito Renewables Energy | BREN | -8,71 | 5.025 | -4,29% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -6,20 | 81 | -3,57% |
Amman Mineral Internasional | AMMN | -5,04 | 7.375 | -1,99% |
Sumber: Refinitiv
Dua saham perbankan jumbo menjadi top laggard atau pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 13,7 indeks poin dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 11,7 indeks poin.
IHSG yang terkoreksi nyaris 1% terjadi di tengah masih kuatnya data ekonomi dan tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan ekonomi AS tumbuh sebesar 3,3% pada kuartal IV-2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari ekspektasi 2% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones, yang menggarisbawahi berlanjutnya ketahanan ekonomi meskipun ada kenaikan suku bunga dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Sementara untuk data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) mencatat kenaikan triwulanan sebesar 2% ketika tidak termasuk makanan dan energi, yang merupakan ukuran inti yang disukai The Fed ketika menilai inflasi. Inflasi umum hanya meningkat 1,7%.
Namun, data tenaga kerja AS terbaru menunjukkan kebalikan dari data ekonomi terbaru AS, di mana Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat 25.000 menjadi 214.000 pada pekan yang berakhir tanggal 20 Januari.
Angka ini meningkat secara signifikan dari level terendah dalam 16 bulan yang dicapai pada minggu sebelumnya dan melampaui ekspektasi pasar sebesar 200.000.
Sementara itu, klaim yang berlanjut meningkat sebesar 27.000 menjadi 1.833.000, sedikit di atas ekspektasi pasar sebesar 1.828.000 yang menunjukkan bahwa para penganggur membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan.
Data tersebut kontras dengan serangkaian angka ketenagakerjaan yang dirilis pada bulan Desember dan awal Januari, menantang pandangan bahwa pasar tenaga kerja akan tetap kuat secara historis setelah kampanye pengetatan yang dilakukan oleh The Fed.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan