
Pasokan AS Bikin Was-Was, Harga Minyak Mentah Kembali Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali menguat setelah adanya kekhawatiran mengenai pasokan di Amerika Serikat (AS) serta kembali memanasnya situasi di Ukraina.
Harga minyak brent pada perdagangan hari ini, Kamis (18/1/2024) pukul 08:21 WIB menguat 0,60% ke US$ 78,35 per barel. Sementara itu, harga minyak WTI menanjak 0,64% ke Posisi US$ 73,02 per barel.
Kenaikan keduanya menjadi kabar positif setelah pada penutupan perdagangan kemarin harganya berbeda arah.
Pada penutupan perdagangan Rabu (17/1/2024), harga minyak brent melemah 0,52% ke US$ 77,88 per barel sementara minyak WTI menguat tipis 0,22% ke US$ 72,56 per barel.
Harga minyak mentah dunia menguat setelah AS melaporkan adanya penurunan produksi. Produksi minyak AS di North Dakota diperkirakan hanya mencapai 650.000barel per day (bpd) menjadi 700.000 bpd, kurang dari separuh dari data historisnya. Produksi jatuh karena dinginnya cuaca di kawasan yang menjadi tumpuan minyak AS tersebut. Pasokan minyak AS pekan lalu ada di angka 480.000 barel.
North Dakota adalah wilayah produsen minyak terbesar di AS setelah Texas dan New Mexico. Pasokan justru menurun di tengah proyeksi kenaikan permintaan akibat musim dingin.
Penopang harga minyak lainnya adalah ketegangan baru di Ukraina. Dalam update terbaru, Kamis (18/1/2024), pertahanan Rusia melaporkan rudal NATO Strom Shadow ditembakkan untuk menyerang militer Rusia. Rudal tersebut dilaporkan dipasok NATO ke Ukraina dan digunakan dalam memerangi tentara Rusia.
Dalam postingan Telegram pada Rabu, gubernur menyatakan bahwa rudal tersebut dijatuhkan di dekat desa Popovka di kotamadya Genchesk. Diposting pula beberapa foto yang tampaknya menunjukkan sisa amunisi buatan Perancis-Inggris.
Namun, kenaikan harga tertahan oleh perkembangan di China dan kebijakan Arab Saudi.
Ekonomi China hanya tumbuh 5,2%tahun lalu. Ini terungkap dari angka resmi yang ditunjukkan badan statistik setempat, NBS, Rabu (17/1/2024).
Mengutip AFP, ini menjadi salah satu pertumbuhan tahunan terlemah China dalam lebih dari tiga dekade terakhir. China sendiri saat ini masih berjuang melawan krisis properti yang melumpuhkan, lesunya konsumsi dan gejolak global.
China adalah consumer terbesar kedua untuk minyak mentah sehingga perkembangan di Tiongkok akan sangat menentukan harga minyak.
China diharapkan menjadi salah satu penopang harga minyak karena semula ekonominya diperkirakan lari kencang setelah pembukaan perbatasan. Namun, pemulihan ekonomi China ternyata lebih lambat dari perkiraan banyak orang.
Kendati demikian, banyak yang percaya jika permintaan minyak dari China akan meningkat meski ekonominya tertekan.
"Industri minyak berpegangan pada keyakinan bahwa kalaupun ekonomi China akan tetap kuat meski outlook ekonominya memburuk," tutur Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova, dikutip dari Reuters.
Badan Energi Internasional (EIA) memperkirakan pasokan dan permintaan di pasar minyak dunia akan seimbang di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah dan menurunnya outlook permintaan.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak