Market Commentary

IHSG Balik Arah Jadi Lesu, 3 Saham Prajogo Masih Jadi Pemberat

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
15 January 2024 13:58
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau terkoreksi pada perdagangan sesi II Senin (15/1/2024), setelah sempat menghijau di awal perdagangan sesi I hari ini.

Per pukul 13:46 WIB, IHSG melemah 0,39% ke posisi 7.213,076. Hingga hari ini, IHSG masih berada di level psikologis 7.200 dan belum mampu untuk kembali ke level psikologis 7.300.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi II hari ini mencapai sekitaran Rp 5 miliar dengan melibatkan 12 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 801.579 kali. Sebanyak 222 saham menguat, 286 saham melemah, dan 248 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi pemberat IHSG di sesi II hari ini, yakni sebesar 0,65%. Namun, sektor transportasi menjadi penahan koreksi IHSG yakni sebesar 3,55%.

Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi II hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Barito Renewables EnergyBREN-19,044.090-12,98%
Bank Mandiri (Persero)BMRI-4,546.500-1,14%
Chandra Asri PetrochemicalTPIA-4,463.400-4,49%
Barito PacificBRPT-2,931.015-4,69%
Telkom Indonesia (Persero)TLKM-1,164.000-0,25%
Astra InternationalASII-1,135.550-0,89%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali menjadi saham yang memberatkan IHSG paling besar pada sesi II hari ini, yakni hingga mencapai 19 indeks poin.

Tak hanya BREN, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga kembali membebani IHSG masing-masing 4,6 indeks poin dan 2,9 indeks poin.

Selain itu, saham perbankan terbesar keempat di bursa yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga menjadi laggard IHSG pada sesi II yakni sebesar 4,5 indeks poin.

IHSG yang terkoreksi terjadi meski data neraca perdagangan RI periode Desember 2023 kembali mencetak surplus. Badan Pusat Statistik (BPS)mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 3,3 miliar pada Desember 2023. Surplus ini jauh lebih besar dibandingkan US$ 2,41 miliar pada November 2023.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan surplus pada bulan Desember ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun leibh rendah pada Mei 2022.

"Surplus Desember 2023 ditopang surplus komoditas nonmigas yaitu US$ 5,20 miliar dengan komoditas penyumbang adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, besi baja," kata Pudji.

Surplus pada akhir 2023 diperoleh setelah ekspor Indonesia mencatatkan nilai lebih besar dari impor, yakni ekspor US$ 22,41 miliar dan impor US$ 19,11 miliar.

Surplus ini sejalan dengan proyeksi pasaryang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga. Konsensus ini memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 akan mencapai US$ 1,95 miliar. Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan November 2023 yang mencapai US$ 2,41 miliar.

Secara kumulatif, BPS mencatat total surplus Indonesia US$ 36,93 miliar hingga akhir 2023. Pudji mengungkapkan surplus ini lebih rendah US$ 17,52 miliar atau 33,46% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular