Market Commentary

IHSG Gagal Bertahan di Zona Hijau Terseret 6 Saham Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
11 January 2024 16:30
Pembukaan BEI 2024 (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: CNBC Indonesia/Faisal Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis (11/1/2024), setelah sempat bertahan di zona penguatan pada perdagangan hari ini.

IHSG ditutup turun 0,1% ke posisi 7.219,964. Padahal sepanjang hari ini, IHSG bergerak di zona hijau. Meski berakhir di zona merah, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai sekitaran Rp 9 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 249 saham terapresiasi, 267 saham terdepresiasi dan 252 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor konsumer primer menjadi pemberat IHSG pada hari ini, yakni sebesar 0,75%. Namun, sektor transportasi dan keuangan dapat menahan koreksi IHSG masing-masing 1,29% dan 0,91%.

Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Barito Renewables EnergyBREN-24,305.050-11,01%
Chandra Asri PetrochemicalTPIA-9,263.710-7,25%
Barito PacificBRPT-3,581.060-4,93%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-1,862.710-1,45%
Charoen Pokphand IndonesiaCPIN-1,804.660-2,31%
Indofood CBP Sukses MakmurICBP-1,3011.125-1,98%

Sumber: Refinitiv

Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali menjadi saham yang memberatkan IHSG paling besar pada akhir perdagangan hari ini, yakni hingga mencapai 24,3 indeks poin.

Tak hanya BREN, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga kembali membebani IHSG masing-masing 9,2 indeks poin dan 3,6 indeks poin. Dengan ini, maka tiga saham Prajogo Pangestu kembali menjadi top laggard IHSG pada hari ini.

IHSG sempat bertahan di zona penguatan sepanjang hari ini, bahkan sejak pembukaan perdagangan sesi I hari ini. Namun saat pre-closing berlangsung, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah. Meski begitu, koreksi IHSG di akhir perdagangan hari ini masih cenderung tipis-tipis.

IHSG yang sebelumnya menguat sepanjang perdagangan hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham global yang juga cenderung cerah, menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) peride Desember 2023.

Inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS Desember 2023 akan dirilis. CPI AS pada akhir 2023 diproyeksi akan ada peningkatan tipis akibat seasonality natal dan tahun baru.

Dalam basis tahunan (year-on-year/yoy), konsensus pasar menargetkan inflasi akan tumbuh sebesar 3,2% yoy, lebih rendah dibandingkan November 2023 yang tumbuh 3,1%.

Sementara itu, untuk inflasi inti AS diperkirakan tumbuh melandai sebesar 3,8% yoy, dibandingkan sebulan sebelumnya yang tumbuh 4% yoy.

Namun, ada kekhawatiran bahwa inflasi AS pada akhir 2023 berpotensi kembali naik akibat adanya kenaikan harga minyak mentah disebabkan adanya konflik di Timur Tengah.

kondisi laut merah yang semakin memanas pun berpotensi memberikan dampak negatif terhadap inflasi. Semakin lamanya transportasi logistik dan barang, maka scarcity akan berpotensi terjadi di beberapa negara dan inflasi dapat mengalami kenaikan.

Hal ini menjadi penting mengingat jika inflasi AS berada lebih rendah di bandingkan ekspektasi pasar, maka probabilitas pemangkasan suku bunga akan menjadi lebih besar. Hal ini akan menjadi kabar baik bagi pasar keuangan global dan domestik.

Di lain sisi, AS juga akan merilis data ketenagakerjaan yakni klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 6 Januari 2024 juga akan dirilis malam hari ini waktu Indonesia.

Diproyeksikan, klaim pengangguran per 6 Januari 2023 meningkat ke 210.000, dibandingkan pekan sebelumnya sebanyak 202.000 klaim.

Proyeksi peningkatan klaim pengangguran ini memang berdampak buruk bagi pasar tenaga kerja, akan tetapi bagi keseluruhan ekonomi AS dan prospek inflasi ini berdampak positif lantaran semakin mendukung kondisi pasar tenaga mendingin yang memicu inflasi melandai.

Tentunya, data klaim pengangguran juga ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar di global, karena dapat juga menentukan arah kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berikutnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular