Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Rabu, 10/01/2024 08:32 WIB
Foto: Sumur Minyak Medco di Libya/Doc.Medco

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dibuka melemah pada awal perdagangan pagi hari ini, setelah kenaikan 2% pada perdagangan sebelumnya karena konflik Timur Tengah dan pemadaman listrik di Libya.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (10/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,10% di posisi US$72,17 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka menguat 0,14% di posisi US$77,59.


Pada perdagangan Selasa (9/1/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 2,08% di posisi US$72,24 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent naik 1,79% ke posisi US$77,48 per barel.

Harga minyak naik sekitar 2% pada perdagangan Selasa karena krisis Timur Tengah dan terhentinya pasokan di Libya mengurangi kerugian besar pada hari sebelumnya.

Harga minyak mendapat dukungan dari penutupan ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari (bph) di Libya, salah satu ladang minyak terbesar di Libya, yang sering menjadi sasaran protes politik lokal dan lebih luas, serta ketegangan di Timur Tengah.

Militer Israel mengatakan perjuangannya melawan Hamas akan terus berlanjut sampai 2024, sehingga memicu kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat meningkat menjadi krisis regional yang mengganggu pasokan minyak.

Sementara itu, beberapa perusahaan pelayaran besar masih menghindari Laut Merah menyusul serangan yang dilakukan oleh militan Houthi yang bersekutu dengan Iran sebagai tanggapan atas perang Israel melawan Hamas. Namun, menurut analisis Reuters, dampak terhadap pergerakan kapal tanker minyak tidak sebesar yang diperkirakan.

"Alternatif yang lebih menarik bagi (tanker minyak) saat ini adalah pergi ke Amerika Serikat, di mana harga minyak mentah lebih murah dibandingkan Brent," ujar Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, dilansir dari Reuters.

Brent dan WTI membukukan penurunan masing-masing 3% dan 4% pada hari Senin setelah penurunan tajam harga jual resmi (OSP) Arab Saudi, yang memicu kekhawatiran pasokan dan permintaan.

Minyak berjangka juga mendapat dukungan pada hari Selasa setelah Arab Saudi menekankan keinginannya untuk mendukung upaya menstabilkan pasar minyak dan menyusul laporan bahwa Rusia membatasi tingkat produksi minyak mentahnya pada bulan Desember, menurut analis Price Futures Group Phil Flynn.

Rusia adalah bagian dari kelompok produsen minyak OPEC+ yang telah setuju untuk memangkas produksi sekitar 2,2 juta barel per hari.

Sementara dari Amerika Serikat (AS), produksi minyak mentah akan mencapai rekor tertinggi dalam dua tahun ke depan namun tumbuh pada tingkat yang lebih lambat, menurut Badan Informasi Energi (EIA), karena peningkatan efisiensi mengimbangi penurunan aktivitas rig. Output akan meningkat sebesar 290.000 barel per hari ke rekor 13,21 juta barel per hari pada tahun ini.

Stok minyak mentah turun 5,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 Januari, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Data pemerintah mengenai stok akan dirilis pada hari Rabu. Sementara, data inti inflasi AS yang akan dirilis pada hari Kamis juga akan menjadi sorotan.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Minyak Meroket 10% Pasca Israel Serang Iran