Data Ketenagakerjaan AS Masih Panas, Rupiah Keok Lagi

rev, CNBC Indonesia
05 January 2024 09:12
Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah data ketenagakerjaan AS yang masih panas dan situasi laut merah yang mendorong naiknya inflasi secara global.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah di angka Rp15.490/US$ atau terdepresiasi 0,03%. Pelemahan ini telah terjadi selama empat hari beruntun sejak 2 Januari 2024.

Sementara DXY pada pukul 8.58 WIB turun tipis 0,06% menjadi 102,36. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (4/1/2024) yang berada di angka 102,42.

Kemarin AS telah merilis data klaim pengangguran serta data penciptaan lapangan kerja. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih besar dari perkiraan pada minggu lalu, menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja masih cukup ketat.

Klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 18.000 menjadi 202.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 30 Desember. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 216.000 klaim untuk minggu terakhir. Data klaim cenderung berfluktuasi sepanjang tahun ini karena hari libur.

Angka-angka tersebut sebagian besar telah pulih di kisaran bawah 194.000-265.000 pada tahun 2023. Pasar tenaga kerja terus mendingin menyusul kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) sebesar 525 basis poin sejak Maret 2022.

Namun, tingkat pengangguran masih berada di bawah 4% karena perusahaan menimbun pekerja karena kesulitan mencari tenaga kerja pasca pandemi Covid-19.

Ketatnya kondisi ketenagakerjaan AS ini sedikit memberi tekanan bagi rupiah karena artinya inflasi AS berpotensi sedikit sulit ditekan dan berdampak pada suku bunga The Fed yang semakin lama untuk ditahan diposisi yang tinggi seperti saat ini.

Selain itu, kondisi laut merah yang semakin pelik juga berpotensi membuat inflasi terjadi secara global mengalami kenaikan.

Situasi sekitar Laut Merah saat ini semakin mencekam di tengah gempuran pasukan Houthi dari Yaman. Ketegangan tersebut membuat dunia khawatir mengingat daerah Terusan Suez merupakan lokasi yang memiliki dampak besar bagi perdagangan dan logistik.

Serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah terus mendorong tarif angkutan laut lebih tinggi karena banyaknya armada dagang yang memutar menghindari perairan itu. Ini memicu peringatan akan inflasi dan tertundanya pengiriman barang.

Hal ini mengkhawatirkan pelaku pasar akan semakin lamanya terjadi pemangkasan suku bunga untuk berbagai bank sentral di dunia.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular