
Simak Rahasia Cuan dari 5 Momentum Pasar Modal

Jakarta, CNBC Indonesia - Para investor dan trader pasar saham bisa mendulang cuan lebih banyak dengan mengetahui tiap musim yang bisa jadi momentum dalam mengambil keputusan investasi. Sebab, pergerakan saham-saham yang ada di Bursa Efek Indonesia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh musim-musim tertentu.
Musim-musim di pasar modal dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari fundamental perusahaan, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi baik global atau nasional, dan faktor lainnya.
Berikut lima musim jual beli saham di pasar saham Indonesia.
1. January Effect
Sesuai dengan namanya January Effect, musim ini jatuh pada awal tahun. Pada bulan ini, para investor saham biasanya mengharapkan keuangan di pasar saham dari musim January Effect. Karena, di awal tahun biasanya banyak orang hingga lembaga yang mulai mengatur keuangannya kembali.
January Effect adalah sebuah pola yang menunjukkan keadaan pasar modal, di mana harga-harga saham sedang mengalami kenaikan atau cenderung di dua minggu pertama Januari.
Jika dijelaskan secara teori, di awal tahun khususnya di bulan Januari biasanya para investor-investor ritel menerima bonus akhir tahun. Dengan uang bonus tersebut, biasanya sering digunakan oleh para investor untuk memborong beberapa saham, sekaligus ingin menghindari pajak di akhir tahun.
2. Sell in May and Go Away
Musim ini dimulai dari bulan Mei, biasanya investor akan cenderung menjual saham pada Mei untuk hindari periode Mei-Oktober yang imbal hasilnya cenderung lebih rendah dari bulan lainnya, dan akan kembali membeli saham pada November.
Banyak orang berpendapat bahwa Sell in May and Go Away karena investor pergi untuk liburan musim panas.
Di Indonesia sendiri, menjadikan periode 6 bulan ini, sebagai periode negatif dalam pergerakan saham di bursa saham. Maka tak heran banyak investor yang cenderung menjual sahamnya. Tindakan tersebut mereka lakukan, agar tidak terjebak di harga saham yang terus menuju ke tren yang cenderung lebih rendah dari bulan lainnya.
3. Santa Claus Rally
Sesuai dengan namanya, Santa Claus Rally jatuh pada Desember. Musim ini identik dengan pemberi hadiah pada Desember saat momen Natal.
Reli ini diberi nama dari Santa Claus adalah tokoh pemberi hadiah tersebut. Sehingga, Santa Claus Rally ini adalah musim jual-beli saham, yang memiliki kecenderungan untuk terjadi peningkatan harga nilai saham.
Pada musim ini, biasanya sebagian investor memborong saham untuk mengantisipasi Januari Effect.
4. Window Dressing
Di musim ini, ada waktu di tiga bulan terakhir menjelang pergantian tahun, yang biasanya akan terjadi tren kenaikan harga saham atau harga saham cenderung menguat. Namun lagi-lagi, tidak ada yang pasti tentang investasi saham.
Window dressing adalah strategi yang digunakan oleh para Manajer Investasi untuk memperindah portofolio sahamnya sebelum di presentasikan ke pemegang saham atau klien.
5. Earning Season
Musim jual beli saham yang terakhir adalah Earning Season. Di musim ini biasanya laporan keuangan dari banyak perusahaan dipublikasikan. Bagi para perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), wajib untuk melaporkan laporan keuangannya, secara rutin setiap kuartalan atau setiap tiga bulan.
Perusahaan akan melaporkan kinerja keuangan periode yang berakhir pada Maret, Juni, September dan Desember. Dan biasanya akan di rilis pada pada bulan April, Juli, Oktober dan juga Januari.
Pergerakan harga saham akan dapat terlihat dari hasil kinerja perusahaan. Jika kinerjanya baik maka harga saham juga akan naik, dan sebaliknya jika kinerja perusahaan sedang tidak baik-baik saja, harga saham juga akan turun.
Demikian lima musim di pasar modal yang dapat dicatat oleh para investor maupun trader untuk menjadi acuan jual beli saham di momen yang tepat.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Cuan Selama Perang