IHSG Melesat 6,16% Sepanjang 2023, Juara 2 di ASEAN
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi mengakhiri perdagangan terakhir 2023 di zona merah. Tetapi, IHSG berhasil bertahan di level psikologis 7.200 meski pada perdagangan kemarin sempat menyentuh level psikologis 7.300.
Pada penutupan perdagangan Jumat (29/12/2023) yang merupakan perdagangan terakhir di 2023, IHSG melemah 0,43% ke posisi 7.272,797.
Nilai transaksi IHSG pada perdagangan terakhir di 2023 mencapai sekitaran Rp 8,6 triliun dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 863.360 kali. Sebanyak 263 saham menguat, 273 saham melemah dan 2228 saham stagnan.
Di akhir perdagangan 2023, kinerja IHSG masih lebih baik ketimbang 2022. Di akhir 2022, IHSG berakhir di posisi 6.850,62, alias berada di level psikologis 6.800. Sedangkan di 2023, IHSG berhasil ditutup di level psikologis 7.200.
Jika dilihat dari persentasenya selama setahun, kinerja IHSG pada 2023 juga lebih baik ketimbang 2022, meski volatilitasnya juga masih cukup tinggi. Di 2022, IHSG hanya mampu melesat 4,09%. Sedangkan di 2023, IHSG mampu melejit hingga 6,16%. Capaian ini merupakan yang terbaik kedua di ASEAN, hanya kalah dari bursa Vietnam.
Meski secara kinerja IHSG di 2023 lebih baik dari 2022, tetapi nilai transaksi harian lebih rendah dari 2022. Rata-rata nilai transaksi harian IHSG periode Januari-November 2023 hanya mencapai Rp 10,5 triliun. Sedangkan periode yang sama tahun 2022 mencapai Rp 14,9 triliun.
Di lain sisi, perkembangan IHSG dan pasar modal RI di 2023 juga lebih baik 2022. Dari segi jumlah emiten baru yang melantai di BEI atau melakukan IPO, ada 79 emiten baru yang listing di BEI hingga hari ini.
Capaian aksi korporasi tersebut memecahkan rekor dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebanyak 59 emiten dengan dana yang dihimpun Rp33,06 triliun. Bahkan, capaian IPO tersebut juga tercatat sebagai rekor tertinggi sepanjang masa, dari sebelumnya 66 IPO pada 1990.
Dari 79 saham IPO tersebut, beberapa saham ada yang turut berkontribusi menopang IHSG, sehingga kinerjanya lebih baik dari 2022.
Adapun beberapa saham tersebut yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Jika dilihat dari saham-saham top movers sepanjang tahun 2023, BREN menjadi saham leader atau top movers IHSG, yakni sebesar 267,13 indeks poin. Padahal, saham BREN sendiri baru dua bulan berada di bursa.
Dari kinerja sahamnya, BREN juga terpantau masih meroket hingga 884%, jika dihitung dari harga IPO-nya hingga hari ini.
Selain BREN, ada beberapa saham yang menjadi leader atau top movers IHSG sepanjang 2023. Berikut saham-saham leader atau top movers IHSG sepanjang 2023.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin |
Barito Renewables Energy | BREN | 267,13 |
Amman Mineral Internasional | AMMN | 111,80 |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 111,00 |
Chandra Asri Petrochemical | TPIA | 109,08 |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 95,85 |
Sumber: BEI
Setelah membahas saham-saham leader, tentunya juga perlu membahas saham-saham laggard atau bottom movers IHSG. Sepanjang 2023, saham PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) menjadi laggard atau bottom movers paling besar yakni mencapai 49,49 indeks poin.
Berikut saham-saham laggard atau bottom movers IHSG sepanjang 2023.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin |
Berkah Beton Sadaya | BEBS | -49,49 |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | -43,24 |
Merdeka Copper Gold | MDKA | -40,88 |
Bayan Resources | BYAN | -33,59 |
Bumi Resources | BUMI | -24,66 |
Sumber: BEI
Terlepas dari hal tersebut, kinerja IHSG yang membaik di 2023 ketimbang di 2022 tentunya disebabkan karena beberapa hal, mulai dari makin membaiknya perekonomian dalam negeri hingga global, membaiknya kondisi pandemi Covid-19, di mana pada tahun ini statusnya berubah menjadi endemi, dan juga dampak dari normalisasi kebijakan.
Adapun beberapa normalisasi kebijakan di bursa yang turut mempengaruhi kinerja IHSG pada tahun ini yakni normalisasi jam perdagangan dan normalisasi bertahap batas auto reject.
Untuk normalisasi jam perdagangan, pada April lalu, jam bursa kembali dinormalisasi seperti sebelum pandemi Covid-19, di mana penutupan perdagangan saham yang sebelumnya dilakukan pada pukul 15:00, pada tahun ini dikembalikan menjadi pukul 16:00 WIB.
Berikutnya normalisasi batas auto reject, di manaBEI kembali memberlakukan auto reject asimetris, baik auto reject atas (ARA) maupun auto reject bawah (ARB).
Selain itu, BEI juga meluncurkan beberapa kebijakan seperti peluncuran Indeks Papan Akselerasi, peluncuran Papan Pemantauan Khusus (hybrid), dan peluncuran Bursa Karbon.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)