
Bank Neo Commerce, Punya NIM Tinggi tapi Masih Rugi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank digital PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) masih belum mencetak laba, meskipun tercatat memiliki margin bunga bersih (net interest margin/NIM) sangat tinggi.
Per September 2023, BBYB membukukan rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp 553,42 miliar. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah kerugian itu turun 5,84%.
Bank sedikit menekan kerugian imbas dari melesatnya pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII). Mengutip laporan publikasi perusahaan, BBYB mencatat pertumbuhan pendapatan bunga sebesar 85,03% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 2,93 triliun per kuartal III-2023.
Angka tersebut meredam beban bunga yang membengkak 45,66% yoy menjadi Rp 718,45 miliar. Alhasil NII perusahaan terbang 102,86% yoy menjadi Rp 2,21 triliun.
BBYB juga belum berhasil mencatatkan laba meskipun rasio net interest margin (NIM) pada September 2023 naik menjadi 17,34% dari 12,74% pada September 2022.
"NIM tinggi, karena BNC fokus di consumer lending, di mana consumer lending ini menghasilkan yield yang lebih tinggi. Fokus kami memang dalam dua tahun terakhir masih di konsumtif, namun kami melihat untuk lebih sustain ke depan kami mulai mendiversifikasikan ke pinjaman produktif di segmen SME dan komersial," jelas BBYB dalam Public Expose Tahunan 2023, dikutip Kamis (21/12/2023).
Bank Neo Commerce pun memperkirakan dapat mencetak laba pada kuartal I-2024. Kepercayaan diri ini muncul lantaran secara bulanan bank mengklaim telah mencetak laba pada Oktober dan November.
"Di bulan Desember juga kami harapkan kami bisa melakukan efisiensi yang optimal, sehingga kami bisa repeat apa yang kami dapatkan di bulan Oktober dan November. Sehingga ini merupakan suatu milestone baru, sehingga tahun depan, kami bisa paling tidak, mulai Q1 2024 kita sudah dapat melihat perbaikan untuk full year profitability," ujar manajemen BBYB.
Bila melihat capaian bank hingga kuartal III-2023, satu pengganjal laba adalah kerugian penurunan nilai aset keuangan atau impairment yang mencapai Rp 1,89 triliun , membengkak 190% yoy. Selain itu, beban operasional lainnya tercatat meningkat 64,81% menjadi Rp 2,78 triliun. Hal ini seiring dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang naik hampir 4%.
Per September 2023, NPL gross BBYB tercatat sebesar 3,89% dari yang setahun sebelumnya 1,88%. Pada periode yang sama, NPL nett turun ke 1,51% dari yang setahun sebelumnya 1,69%.
"Kami melakukan evaluasi secara berkala. NPL kami sekarang di sekitar 3,7% sampai 3,8% terakhir. Tetapi kami melihat ini terkait dengan segmen dan bisnis model. Untuk consumer memang NPL gross-nya lebih tinggi, dan kami melihat dalam enam bulan terakhir sudah cukup stabil," jelas manajemen.
Efisiensi Ekstrem
Manajemen BBYB juga mengatakan telah melakukan efisiensi ekstrem sebagai upaya mengejar profitabilitas. Satu komponen yang telah ditekan adalah beban promosi.
Saat ini manajemen menilai tidak lagi memerlukan biaya promosi yang besar seperti pada tahun-tahun awal berdiri. "Kalaupun masih dibutuhkan, tentunya akan bisa jauh
lebih efisien," katanya.
Berdasarkan laporan publikasi, beban promosi BBYB per September 2023 turun 73,39% yoy menjadi Rp 72,02 miliar.
Selain efisiensi, strategi Bank Neo Commerce untuk mencetak laba adalah mendiversifikasi pendapatan. "Di luar interest income, kami juga membuat satu revenue stream yaitu dari fee based income, yang datang dari transaksi dan penjualan produk nonbank, seperti reksadana," katanya.
Akan tetapi per September 2023, pendapatan berbasis komisi perusahaan turun 62,56% yoy menjadi Rp 95,16 miliar.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BBYB Kantongi Restu Rights Issue 5 Miliar Saham
