Investor Siap-siap Tunggu Data BI, Rupiah Relatif Stabil

rev, CNBC Indonesia
Selasa, 19/12/2023 09:08 WIB
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang rilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pekan ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah di angka Rp15.515/US$ atau terdepresiasi 0,06%. Pelemahan ini selaras dengan pelemahan yang terjadi kemarin (18/12/2023) sebesar 0,1%

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08,56 WIB turun 0,07% menjadi 102,49. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Senin (18/12/2023) yang berada di angka 102,56.


Pelaku pasar pekan ini diperkirakan bersikap wait and see hasil RDG BI yang akan dirilis pada Kamis (21/12/2023) perihal suku bunga.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6,00%.

Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, seluruh instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Executive Director, Head of Trading Treasury & Markets Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan memproyeksi Bank Indonesia akan mempertahankan level suku bunga di 6% dalam RDG BI Desember 2023.

Sementara Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz melihat kebijakan BI sudah berada dalam tahap "equilibrium". Dimana kenaikan suku bunga BI di 6% sudah mampu menjaga stabilitas Rupiah dan portofolio asing sudah mulai masuk.

Lebih lanjut, hingga kini tidak ada risiko lonjakan inflasi yang signifikan. Bahkan inflasi periode November yang berada di angka 2,86 year on year/yoy ini masih dalam rentang target BI. Maka dari itu, probabilitas untuk menaikkan suku bunga sangat kecil.

Beralih ke Negeri Sakura, hari ini Bank of Japan (BoJ) akan merilis suku bunganya yang diproyeksi masih berada di angka -0,1%.

Sebelumnya, BoJ telah menerapkan suku bunga negatif sejak Januari 2016, artinya sudah sekitar tujuh tahun. Hal ini dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Dengan kondisi saat ini, para pengambil kebijakan berpandangan bahwa perekonomian Jepang kemungkinan akan terus mengalami pemulihan secara moderat, didukung oleh permintaan yang terpendam namun menyoroti tekanan dari melambatnya pemulihan global. Dewan menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan jika diperlukan.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed