
Breaking News! Rupiah Terbang 1,13%, Dolar ke Rp 15.450

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca bank sentral Amerika Serikat (AS) menahan suku bunga kembali pada pertemuan terakhir di tahun ini, nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS akhirnya kembali menguat tajam.
Melansir data Refinitiv, pada awal perdagangan hari ini, Kamis (14/12/2023) nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat tajam atau melonjak hingga 1,13% ke posisi Rp15.450/US$.
Namun, sekitar setengah jam kemudian penguatan mulai susut, menjadi 1,12% ke posisi Rp15.475/US$. Penguatan hari ini menjadi yang paling cepat terjadi setelah terpuruk sejak Senin awal pekan ini.
Penguatan rupiah terjadi seiring dengan hasil kebijakan bank sentral AS yang sesuai dengan perkiraan pasar.
Diketahui, pada rapat terakhir bank sentral AS di penghujung tahun ini, suku bunga kembali dipertahankan. Sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 550 basis poin (bps) atau selama 11 kali sejak Maret 2023 ke posisi 5,25% - 5,50%.
Sebagai catatan, The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) kemarin dan hari ini. Hasil keputusan kemudian diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari pukul 02:00 WIB.
Kebijakan the Fed tersebut semakin mengkonfirmasi Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga mencapai lebih dari 98%. Para pelaku pasar sekarang juga melihat kemungkinan pelonggaran moneter tahun depan, memperkirakan peluang hampir 7,8 % penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps) pada Mei 2024, menurut alat pengukur CME FedWatch.
Tak hanya itu, faktor pendorong kebijakan the Fed disinyalir berkat hasil inflasi AS yang melandai sesuai dengan ekspektasi pasar, kendati pasar tenaga kerja sempat memanas lagi pada November.
Diketahui, inflasi AS per November 2023 tercatat tumbuh 3,1% (year-on-year/yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Oktober 2023 yakni 3,2% serta sesuai ekspektasi pasar yakni 3,2%.
Inflasi November menjadi yang terendah sejak Juni 2023. Laju inflasi juga sudah jauh melandai dibandingkan puncak tertingginya pada Juni 2022 yang tercatat 9,1%.
Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi melandai ke kisaran 2%.
Keputusan The Fed menahan suku bunga, memang menjadi kabar yang paling ditunggu bukan hanya oleh pelaku pasar Indonesia tetapi juga dunia. Dengan status sebagai ekonomi terbesar di dunia maka apapun keputusan The Fed akan berdampak besar terhadap ekonomi global.
Dini hari tadi, The Fed mengumumkan menahan suku bunga, hal ini bisa menjadi kabar baik bagi IHSG yang potensi kembali hijau, rupiah menguat, hingga SBN bakal dilirik asing lagi. Pasalnya, dana asing diperkirakan akan mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia.
CNBC INDONSIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer
