IHSG Kebakaran, Deretan Saham Ini Biang Keroknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (13/12/2023), meski inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) kembali melandai sesuai ekspektasi pasar.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,7% ke posisi 7.075,34. IHSG kembali keluar dari level psikologis 7.100 pada hari ini.
Nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai sekitaran Rp 10 triliun dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 220 saham menguat, 346 saham melemah dan 194 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG di hari ini, yakni mencapai 2,22%. Selain teknologi, sektor industri juga memberatkan IHSG sebesar 1,13%.
Sementara dari saham yang memberatkan IHSG pada hari ini, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 10,3 indeks poin. Saham GOTO ambles 5,32% ke posisi Rp 89/saham.
Selain GOTO, ada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesasr 6,8 indeks poin dan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar 3,7 indeks poin.
IHSG melemah meski inflasi AS kembali melandai. Inflasi AS per November 2023 tercatat tumbuh3,1% (year-on-year/yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Oktober 2023 yakni 3,2% serta sesuai ekspektasi pasar yakni 3,2%.
Inflasi November menjadi yang terendah sejak Juni 2023. Laju inflasi juga sudah jauh melandai dibandingkan puncak tertingginya pada Juni 2022 yang tercatat 9,1%.
Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi melandai ke kisaran 2%.
Data inflasi yang rilis semalam cukup melegakan pasar setelah mendapat guncangan pada akhir pekan lalu dari data pasar tenaga kerja AS yang kembali memanas pada November.
Sebagaimana diketahui, tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% di November dari 3,9% pada bulan sebelumnya. Perekonomian juga menambah 199.000 lapangan kerja di luar pertanian, angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober.
Meski melandai, tetapi inflasi Negeri Paman Sam masih jauh dari target yang ditetapkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.
Kendati demikian, pasar meyakini sikap (The Fed) paling tidak di pertemuan terakhir penghujung tahun ini akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga.
Pasalnya inflasi telah melandai sesuai harapan, apalagi di tengah musim high season dari natal dan tahun baru (nataru) biasanya akan membuat pemangku kepentingan lebih menjaga momentum daya beli masyarakat agar perekonomian bisa terakselerasi positif.
Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga sudah kian meningkat, mencapai lebih dari 98%. The Fed diketahui menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai kemarin dan hari ini. Hasil keputusan akan diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari pukul 02:00 WIB.
Sebagai informasi, sejak Maret 2022 The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali atau setara 550 basis poin (bps) ke level 5,25% - 5,50%.
Hasil keputusan The Fed menjadi kabar yang paling ditunggu bukan hanya oleh pelaku pasar Indonesia tetapi juga dunia. Dengan status sebagai ekonomi terbesar di dunia maka apapun keputusan The Fed akan berdampak besar terhadap ekonomi global.
Jika The Fed melunak maka ada harapan rupiah akan menguat kencang, pasalnya, dana asing diperkirakan akan mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia.
Sebaliknya, jika The Fed masih galak maka ada risikocapital outflowdari Indonesia. Perekonomian global juga rawan macet jika The Fed masih galak karena suku bunga masih bisa bertahan tinggi sehingga ongkos pinjaman mahal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)