Market Commentary

Gegara 7 Saham Big Cap Ini, IHSG Berakhir Terkapar

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 06/12/2023 16:29 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada akhir perdagangan Rabu (6/12/2023), setelah sempat bergerak ke zona hijau pada perdagangan hari ini.

IHSG ditutup melemah 0,19% ke posisi 7.087,395. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 hingga hari ini.

Nilai transaksi IHSG pada hari ini berkisar Rp 16 triliun dengan melibatkan 44 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 221 saham naik, 355 saham turun dan 191 saham stagnan.


Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG di hari ini, setelah beberapa hari sebelumnya sektor tersebut menjadi penopang IHSG.

Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
GoTo Gojek TokopediaGOTO-18,6992-8,91%
Bank Mandiri (Persero)BMRI-16,005.800-2,93%
Bank Central AsiaBBCA-6,868.800-1,12%
Amman Mineral InternasionalAMMN-5,906.425-2,65%
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI-2,945.425-0,46%
Bayan ResourcesBYAN-2,8019.000-0,91%
Bank Negara Indonesia (Persero)BBNI-2,745.225-1,42%

Sumber: Refinitiv

Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 18,7 indeks poin.

IHSG berakhir di zona merah setelah sempat bergerak cenderung volatil di sepanjang perdagangan hari ini. Selain itu, koreksinya IHSG terjadi meski sentimen pasar cenderung positif pada hari ini.

Sentimen pasar global cenderung positif setelah data lapangan kerja terbaru Amerika Serikat (AS) dirilis pada kemarin malam waktu Indonesia.

Pada Selasa malam waktu Indonesia, AS merilis data jumlah lowongan kerja yang menunjukkan penurunan sebesar 617.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,73 juta pada Oktober 2023, menandai level terendah sejak Maret 2021 dan berada di bawah konsensus pasar sebesar 9,3 juta.

Selama bulan tersebut, lowongan pekerjaan menurun di bidang layanan kesehatan dan bantuan sosial (-236.000), keuangan dan asuransi (-168.000), serta real estate dan persewaan (-49.000).

Di sisi lain, lowongan pekerjaan meningkat di bidang informasi (+39.000). Mengenai distribusi regional, lowongan pekerjaan turun di wilayah Selatan (-289,000), wilayah Barat Tengah (-193,000), wilayah Barat (-83,000) dan Timur Laut (-52,000).

Hal ini menandakan potensi inflasi AS yang dapat ditekan ke depan mengingat jumlah lowongan kerja yang tersedia semakin berkurang sehingga kesempatan bekerja bagi tenaga kerja semakin sedikit.

Inflasi AS yang melandai dan terus mendekati target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yakni 2% mengindikasikan bahwa suku bunga The Fed berpotensi tidak mengalami kenaikan ke depan.

Saat ini suku bunga The Fed berada di level 5,25-5,5%. Sementara survei pelaku pasar CME FedWatch menunjukkan bahwa pertemuan Desember 2023 dan Januari 2024 berpotensi The Fed menahan suku bunganya dan pasar berekspektasi cut rate akan dilakukan pada Maret 2024 sebesar 25 basis poin (bp).

Ketika suku bunga The Fed melandai, maka selisih antara BI rate dengan The Fed akan semakin jauh sehingga rupiah berpotensi semakin terapresiasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat