RI Dilanda Kekeringan Uang, Negara Lain Ternyata Juga Sama!

Jakarta, CNBC Indonesia-Kekeringan likuiditas seperti yang pernah disinggung Presiden Jokowi tidak hanya dialami RI, namun juga negara lain. Hal ini juga disebabkan karena rendahnya permintaan kredit di era suku bunga tinggi.
"Permintaan kredit tidak hanya di Indonesia, tapi juga saya pikir secara umum, secara global, dan juga di negara berkembang, ini memang trennya menurun," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip Selasa (5/12/2023).
Josua mengatakan suku bunga tinggi yang diterapkan bank sentral AS Federal Reserve diikuti dengan kenaikan suku bunga di negara-negara lain. Era suku bunga tinggi ditambah tensi geopolitik dunia yang memanas, membuat aktivitas ekonomi cenderung melambat.
"Saat suku bunga Amerika relatif tinggi dan dari tensi geopolitik cenderung intensif berarti dari sisi investasi ada penempatan dari investor global untuk masuk safe haven asset, termasuk dolar AS, sehingga makin terbatas aliran uang asing ke pasar domestik," kata dia.
"Net foreign asset yang masuk ke dalam negeri relatif terbatas sehingga itu akhirnya mempengaruhi lagi dari sisi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya DPK Valas, sehingga pada akhirnya mempengaruhi likuiditas," kata dia.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyoroti perputaran uang di Indonesia yang semakin kering. Dia mengingatkan hal ini bisa mengganggu sektor riil. Di depan ratusan bankir yang menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Jokowi mengatakan dia sudah mendapat keluhan dari pengusaha mengenai keringnya peredaran uang di masyarakat.
Menurut Josua, kondisi pelemahan permintaan kredit juga terjadi di Indonesia. Mayoritas sumber pembiayaan industri saat ini bukanlah dari kredit perbankan, melainkan dari dana sendiri yang mencapai 63%. "Korporasi masih mendapatkan pembiayaan dari dana sendiri, sementara untuk kebutuhan penambahan pembiayaan ke perbankan itu relatif menurun," kata dia.
Dalam kondisi permintaan kredit yang turun, kata dia, perbankan harus tetap mencari cara untuk bisa menghasilkan. Maka itu, penempatan dana di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi salah satu opsi yang harus dilakukan oleh perbankan. Dia mengatakan hingga saat ini penempatan dana perbankan di SRBI telah mencapai Rp 200 triliun.
Ketua Bidang UMKM Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ronald Walla mengatakan para pengusaha saat ini memang sedang mengurangi investasi. Dia bilang kondisi daya beli masyarakat yang lemah ditambah ketidakpastian menjelang Pemilu menjadi penyebab pengusaha menahan untuk berekspansi.
"Wait and see karena sekarang tahun politik. Masih banyak yang mempertanyakan apakah aman atau tidak. Jadi keamanan dari pesta demokrasi akan meningkatkan kepercayaan diri investor masuk ke Indonesia lebih cepat lagi," kata dia.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nih! Analisa 5 Ekonom Soal Kata Jokowi RI Kekeringan Uang
