
Inflasi Indonesia Naik Lagi, Rupiah Dibuka Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pelaku pasar perihal data inflasi Indonesia yang pagi hari ini (1/12/2023) diumumkan mengalami kenaikan secara bulanan dan tahunan. Inflasi Indonesia bulan November 2023 tercatat naik 0,38% secara bulanan dan 2,56% secara tahunan.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah di angka Rp15.510/US$ atau terdepresiasi 0,03%. Pelemahan ini melanjutkan penurunan kemarin (30/11/2023) sebesar 0,75%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.14 WIB turun 0,2% menjadi 102,29. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (30/11/2023) yang berada di angka 103,49.
Fluktuasi rupiah hari ini didorong dari sentimen eksternal maupun internal.
Di sisi eksternal khususnya AS, data Personal Consumption Expenditures (PCE) melandai bulan lalu.
Melandainya PCE seharusnya bisa mendorong bank sentral AS (The Fed) untuk melunak. Kondisi ini akan diharapkan bisa membuat investor mulai melirik investasi di luar pasar AS, seperti di Emerging Markets. Arus modal asing pun diharapkan mengalir deras ke Emerging Markets, seperti Indonesia.
PCE Oktober 2023 tercatat stagnan 0% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari posisi September lalu yang sebesar 0,4% (mtm) dan 3,4% (yoy).
Dengan data inflasi PCE yang semakin mendingin, maka hal ini dapat memperkuat optimisme pasar akan berakhirnya era suku bunga tinggi di tahun depan.
Pelaku pasar sudah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan pada pertengahan 2024. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, sebanyak 96% pelaku pasar memprediksi bahwa The Fed akan menahan kembali suku bunga acuannya pada pertemuan Desember mendatang.
Beralih ke domestik, PMI manufaktur Indonesia tercatat mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya.
PMI manufaktur Indonesia naik tipis ke angka 51,7. Angka ini merupakan perbaikan setelah indeks PMI terjun ke 51,5 pada Oktober 2023, level terendah dalam lima bulan terakhir. PMI sempat jatuh selama dua bulan beruntun pada September dan Oktober 2023.
PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 27 bulan terakhir. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
Lebih lanjut, hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi November 2023 akan mencapai 0,24% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi tahunan (yoy) akan berada di angka 2,72% pada November lalu.
Inflasi November tahun ini juga diprediksi akan kencang karena melonjaknya sejumlah harga bahan pangan.
Ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman, memperkirakan inflasi akan naik karena meningkatnya sejumlah harga pangan, terutama gula, cabai rawit merah, bawang putih, rokok.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Respons Positif Data Ekonomi RI, Rupiah Menguat Rp15.750/US$