Market Commentary

Berkat 6 Saham Big Cap Ini, IHSG Pepet Level 7.100-an

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 November 2023 12:44
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergairah pada perdagangan sesi I Kamis (30/11/2023), di tengah lesunya bursa saham Asia-Pasifik dan Amerika Serikat (AS).

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,65% ke posisi 7.082,151. IHSG makin mendekati level psikologis 7.100, setelah beberapa hari lalu sukses menyentuh kembali level psikologis 7.000.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitaran Rp 5,1 triliun dengan melibatkan 12 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 711.126 kali. Sebanyak 235 saham terapresiasi, 283 saham terdepresiasi dan 219 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor infrastruktur kembali menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 3,75%.

Di lain sisi, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Barito Renewables EnergyBREN18,646.6007,76%
Telkom Indonesia (Persero)TLKM10,653.8102,42%
Bank Rakyat Indonesia (Persero0BBRI5,895.3500,94%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT5,172.9203,91%
Bank Central AsiaBBCA3,468.9500,56%
Bank Mandiri (Persero)BMRI2,325.8750,43%

Sumber: Refinitiv

Saham energi baru dan terbarukan milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 18,6 indeks poin.

IHSG kembali menguat di tengah lesunya bursa saham Asia-Pasifik hari ini dan bursa Amerika Serikat (AS) kemarin. Padahal, pasar masih optimis bahwa era suku bunga tinggi akan berakhir.

Lesunya bursa Asia-Pasifik terjadi setelah rilis data aktivitas manufaktur periode November 2023. Berdasarkan data dari NBS, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur China pada bulan ini turun menjadi 49,4, dari sebelumnya pada Oktober lalu di angka 49,5.

Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur China kembali berkontraksi, di mana kontraksi ini sejatinya sudah terjadi sejak Oktober lalu.

PMI menggunakan angka 50sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Melemahnya ekonomi China dapat menjadi sentimen negatif di kawasan Asia-Pasifik. Pasalnya, China merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-2 dunia dan ekonomi pemimpin Asia.

Selain itu, lesunya China dapat berdampak pada perlambatan perdagangan, sehingga tingkat ekspor-impor dengan Indonesia akan mengalami gangguan.

Sementara itu dari AS, bursa saham Wall Street terpantau secara mayoritas melemah, setelah dirilisnya data estimasi kedua produk domestik bruto (PDB) AS periode kuartal III-2023.

Sebelumnya kemarin malam waktu Indonesia,Biro Analisis Ekonomi AS merilis data estimasi kedua dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS periode kuartal III-2023.

Ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh sebesar 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2023. Realisasi tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,9% dan proyeksi para analis sebesar 5%.

Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi AS hanya sebesar 2,1% setelah turun selama tiga kuartal berturut-turut. Hasil pada kuartal III-2023 pun menandai pertumbuhan terkuat sejak kuartal terakhir 2021.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular