RI Gandeng Banyak Negara, Siap Buang Dolar AS 2024!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Rabu, 29/11/2023 21:11 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akan memperkuat kebijakan internasional pada 2024, untuk memperkuat posisi Indonesia secara global. Salah satunya dengan pemanfaatan mata uang lokal atau local currency settlement dan meninggalkan dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan internasional itu akan dikerahkan setelah Indonesia berhasil melaksanakan keketuaan Indonesia di berbagai forum internasional, seperti G20 pada 2022, serta ASEAN 2023.

"Setelah kesuksesan keketuaan Indonesia pada G20 2022 dan ASEAN 2023 BI terus sinergi dengan pemerintah untuk terus meningkatkan posisi Indonesia secara internasional," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di kantornya, Jakarta, Rabu (29/11/2023).


Kebijakan internasional itu di antaranya dengan penguatan kerja sama bilateral di bidang kebanksentralan, sistem pembayaran, LCS, serta perjanjian bilateral swap, hingga perluasan kerja sama regional, termasuk ASEAN Payment Connectivity.

"Ini dengan memperjuangkan kepentingan nasional di G20, IMF, FSB dan BIS, maupun ekonomi keuangan syariah di IFSB dan IILM. Juga kami terus perkuat persepsi positif investor dan lembaga rating melalau investor relation unit BI," tegasnya.

Bank Indonesia kini memang telah memiliki banyak instrumen operasi moneter untuk menjaga stabilitas rupiah dan memperminim penggunaan dolar. Mulai dari membentuk ekosistem transaksi tanpa dolar seperti local currency transaction (LCT) dengan beberapa negara mitra, hingga membuat instrumen pasar uang baru.

"Memang sekarang upaya kita untuk menjaga stabilitas rupiah ini benar-benar luar biasa," kata Destry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (23/11/2023).

Destry mengungkapkan, untuk pemanfaatan LCT atau yang juga dikenal sebagai local currency settlement (LCS) per Oktober 2023 transaksinya telah setara dengan US$ 5,4 miliar, atau naik 55% dari catatan September sebesar US$ 4,9 miliar.

Sementara itu, dari jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan instrumen transaksi tanpa dolar itu telah mencapai 2.414, naik dari September 2023 sebanyak 2.287, dan dibanding akhir tahun lalu pun naik signifikan karena saat itu hanya sebanyak 1.700 pelaku usaha.

"Ini artinya secara bertahap kita mendiversifikasi dari valas yang ada di domestik," ucap Destry.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS