Naik 3 Hari Beruntun, Rupiah Sentuh Level Tertinggi 2 Bulan
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap menunggu hasil Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) malam hari ini serta masih tertariknya asing terhadap pasar keuangan domestik.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.390/US$ atau terapresiasi 0,26%. Penguatan terjadi selama tiga hari beruntun sejak 27 November 2023 dan merupakan yang terkuat sejak 22 September 2023 atau lebih dari dua bulan.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.57 WIB naik tipis 0,01% menjadi 102,76. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (28/11/2023) yang berada di angka 102,74.
Rupiah ditutup menguat hari ini (29/11/2023) di tengah sikap wait and see para pelaku pasar perihal hasil Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang akan dihadiri oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Perry dijadwalkan akan menyampaikan pencapaian BI selama setahun terakhir serta target-target tahun depan mulai dari sasaran inflasi serta kebijakan makro-prudensial serta upaya menjaga stabilitas rupiah.
Perry juga akan menjabarkan kebijakan BI untuk tahun depan dan jangka menengah, terutama peran BI dalam ikut mendorong pertumbuhan.
Menarik disimak apa yang akan disampaikan Presiden Jokowi dalam PTBI hari ini, terutama pandangannya mengenai kebijakan suku bunga BI. Dalam beberapa PTBI sebelumnya, Jokowi kerap menyampaikan pandangannya mengenai suku bunga.
Jokowi juga diperkirakan akan menyampaikan pesan khusus mengenai inflasi pangan serta situasi ekonomi global saat ini.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2023, kinerja dan prospek ekonomi perkenonomian nasional tetap solid meskipun di tengah ketidakpastian global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga dan pemulihan ekonomi terus berlanjut, dengan inflasi yang terkendali hingga akhir tahun. Pertumbuhan ekonomi juga tetap baik ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan eratnya sinergi kebijakan ekonomi nasional yang konsisten dan terukur.
Kendati demikian, tantangan global seperti fragmentasi geopolitik, ketidakpastian pasar keuangan akibat pengaruh respons kebijakan bank sentral negara maju seiring masih tingginya inflasi yang dihadapi, ancaman perubahan iklim, dan berbagai tantangan lainnya perlu dihadapi ke depan. Oleh karena itu, penting untuk terus mempererat sinergi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Di samping itu, penguatan mata uang Garuda terjadi disaat capital inflow terjadi belakangan ini ke pasar keuangan domestik.
Direktur Segara Research Institute Piter Abdullah menilai derasnya aliran modal yang masuk ke Indonesia belakangan ini ditopang oleh sejumlah faktor internal dalam negeri. Kondisi perekonomian yang stabil, kata dia, ditambah imbal hasil SBN yang masih relatif tinggi, serta banyaknya aset saham yang relatif murah mendorong dana itu masuk ke Indonesia.
Derasnya dana asing yang masuk ke domestik tetap menjadi perhatian Piter. Piter mewanti-wanti bahwa dana yang masuk ke Indonesia saat ini adalah hot money. Artinya, begitu muncul tanda-tanda kondisi pasar tidak sesuai ekspektasi, maka dana itu akan dengan cepat keluar dari Indonesia. "Itu harus diwaspadai," kata dia.
Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai masuknya dana asing ke Indonesia disebabkan oleh ekspektasi terhadap sikap The Fed yang mulai mengendur. Data inflasi dan tenaga kerja AS, kata dia, mengalami penurunan sehingga diproyeksikan The Fed akan menahan suku bunga acuannya hingga akhir tahun.
Di sisi lain, Myrdal melihat imbal hasil antara obligasi di Indonesia dan Amerika Serikat untuk tenor 10 tahun terpaut jauh di atas 200 basis poin. Perekonomian yang solid dan valuasi aset investasi di Indonesia yang relatif murah membuat investor asing kepincut masuk ke pasar Tanah Air.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)