Jelang Meeting OPEC+, Minyak Patahkan Tren Penurunan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Rabu, 29/11/2023 08:50 WIB
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak dibuka menguat pada perdagangan hari ini Rabu (29/11/2023) melanjutkan kenaikan pada perdagangan sebelumnya setelah anjlok selama empat hari beruntun.

Harga minyak mentah WTI dibuka lebih tinggi 0,20% di posisi US$76,56 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka menguat 0,28% ke posisi US$81,69 per barel.


Pada perdagangan Selasa (28/11/2023), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 2,07% di posisi US$76,41 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup melonjak 2,13% ke posisi US$81,68 per barel.

Harga minyak melonjak pada perdagangan Selasa, naik sekitar 2% di tengah kemungkinan OPEC+ akan memperpanjang atau memperdalam pengurangan pasokan, penurunan produksi minyak Kazakh yang terkait dengan badai, dan melemahnya dolar AS.

OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, akan mengadakan pertemuan tingkat menteri secara online pada hari Kamis untuk membahas target produksi 2024.

Pembicaraan akan sulit dilakukan dan perpanjangan perjanjian sebelumnya mungkin terjadi dibandingkan pengurangan produksi yang lebih besar, menurut empat sumber OPEC+.

Pasar anjlok pada minggu lalu ketika OPEC+ memundurkan tanggal pertemuan semula untuk mengatasi perbedaan target produksi bagi produsen Afrika.

"Kami yakin fokus utama pasar adalah kelanjutan pemotongan suka rela tambahan Arab Saudi sebesar 1 juta barel per hari," ucap Walt Chancellor, ahli strategi energi di Macquarie, dalam sebuah catatan. "Kami yakin perpanjangan pemotongan ini hingga kuartal kedua atau ketiga tahun 2024 mungkin mewakili ambang batas pertemuan ini yang dipandang bullish."

Salah satu kompromi yang mungkin terjadi adalah Angola dan Nigeria menerima pengurangan target produksi selama beberapa bulan jika target untuk negara lain juga diturunkan, menurut Carsten Fritsch dari Commerzbank.

"Menurut para delegasi, Arab Saudi menuntut kuota produksi yang lebih rendah dari negara-negara OPEC+ lainnya. Meskipun Kuwait telah mengisyaratkan kesediaannya untuk melakukan hal tersebut, beberapa negara tampaknya menolak langkah tersebut," tambahnya.

Uni Emirat Arab kemungkinan akan menentang hal ini, mengingat target produksi tahun 2024 mereka ditingkatkan atas desakan mereka ketika OPEC+ mengadakan pertemuan sebelumnya pada awal Juni.

Adapun minyak juga mendapat dukungan dari melemahnya dolar AS, perkiraan penurunan persediaan minyak mentah AS, dan penurunan produksi Kazakhstan.

Ladang minyak terbesar di Kazakhstan telah mengurangi gabungan produksi minyak harian mereka sebesar 56%. Terpisah, persediaan minyak mentah AS turun 817.000 barel pada minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute. Data mingguan pemerintah AS mengenai stok akan dirilis pada hari Rabu.

Sementara itu, Ddolar AS merosot ke level terendah dalam tiga bulan pada hari Selasa setelah Gubernur The Federal Reserve AS Christopher Waller menandai kemungkinan menurunkan suku bunga kebijakan The Fed dalam beberapa bulan ke depan jika inflasi terus menurun.

Pelemahan dolar biasanya meningkatkan permintaan minyak, membuat minyak dalam mata uang dolar lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Dalam perkembangan lain dari Timur Tengah, pasukan Israel dan pejuang Hamas menahan tembakan mereka melebihi batas waktu gencatan senjata, yang diperpanjang pada menit-menit terakhir setidaknya dua hari untuk membebaskan lebih banyak sandera.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Minyak Meroket 10% Pasca Israel Serang Iran