
Setelah Melesat 48% Dalam 3 Hari, Saham BBYB Rehat Dulu

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank digital PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) terpantau ambles pada perdagangan sesi I Selasa (28/11/2023), setelah sempat kembali melesat pada awal perdagangan sesi I hari ini dan sebelumnya juga melesat selama tiga hari beruntun.
Per pukul 10:01 WIB, saham BBYB ambles 2,15% ke posisi harga Rp 364/saham. Bahkan, saham BBYB sempat melanjutkan penguatannya pada awal sesi I hari ini, di mana saham BBYB sempat melesat 5,91% ke posisi Rp 394/saham sekitar pukul 09:00 WIB.
Saham BBYB sudah ditransaksikan sebanyak 13.224 kali dengan volume sebesar 167,68 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 62,71 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya (market cap) saat ini mencapai Rp 4,38 triliun.
Dari orderbook-nya, di order bid atau beli, antrean pada harga Rp 350/saham menjadi yang terbanyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 40.009 lot atau sekitar Rp 1,4 miliar.
Sedangkan di order offer atau jual, pada harga Rp 370/saham, menjadi antrean jual terbanyak pada sesi I hari ini, yakni sebanyak 17.396 lot atau sekitar Rp 643 juta.
Sebelum terkoreksi, saham BBYB sempat melesat selama tiga hari beruntun. Bahkan pada awal sesi I hari ini, saham BBYB sempat melesat lebih dari 5%. Dalam tiga hari sebelumnya, BBYB sudah melesat hingga 48,8%.
Melesatnya saham BBYB terjadi seiring bergairahnya saham-saham bank digital lainnya dalam beberapa hari terakhir, karena didongkrak oleh sentimen suku bunga yang diproyeksikan sudah dalam batas tertingginya.
Saham bank digital ini dapat sentimen positif atau pendorongan dari persepsi pasar terkait tingkat suku bunga baik itu bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) atau Bank Indonesia (BI) yang diprediksi sudah mencapai puncak.
Pasar optimis bahwa The Fed pada pertemuan berikutnya cenderung akan menahan suku bunga acuannya. Bahkan, di pertengahan tahun depan, pasar memprediksi bahwa The Fed mulai akan memangkas suku bunga acuannya.
Berdasarkan perangkat sebanyak 96,8% memprediksi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di pertemuan bulan depan, sekaligus pertemuan terakhir di tahun ini dan prediksi penurunan suku bunga mulai meningkat pada pertengahan tahun 2024.
Tak hanya The Fed, BI yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya juga direspons baik oleh pelaku pasar.
Pasar menilai bahwa langkah BI untuk menahan suku bunga acuannya sudah dinilai tepat, karena depresiasi rupiah sudah lebih berkurang dibandingkan dengan awal bulan ini.
Di lain sisi, belum lama ini, BBYB membukasmart branchdi Surabaya, Jawa Timur. Sebelumnya, BBYB memilikismart branchdi Pantai Indah Kapuk dan digital lounge yang ada di kawasan perbelanjaan Ashta District 8, Jakarta.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BBYB Kantongi Restu Rights Issue 5 Miliar Saham