Potret PGEO Jaga Keanekaragaman Hayati Tanah Air

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Senin, 27/11/2023 18:47 WIB
Foto: dok PGEO

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus membuktikan komitmennya dalam mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Kelestarian lingkungan telah lama menjadi landasan operasi PGEO, untuk berkontribusi mengatasi dampak perubahan iklim.

Selain naiknya suhu bumi, perubahan iklim juga dapat berdampak pada berkurangnya keanekaragaman hayati. Untuk itu, PGEO pun berkomitmen untuk menjaga keanekaragaman hayati, terutama di sekitar wilayah operasinya.

Direktur Operasi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Ahmad Yani mengatakan sejumlah upaya pelestarian lingkungan yang telah dilakukan, seperti penggunaan teknologi ramah lingkungan dan mengadopsi pendekatan berkelanjutan dalam kegiatan operasinya.


"PGE juga berkomitmen untuk melindungi keanekaragaman hayati dengan menjalankan serangkaian program konservasi yang melibatkan masyarakat, LSM, dan pemerintah," ujarnya dikutip dari siaran resmi, Jumat (17/11/2023).

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga mengatakan upaya industri energi panas bumi mampu memberikan dampak positif pada lingkungan. Industri juga mampu berperan pada pelestarian lingkungan dan menghindari pencemaran lingkungan.

Bahkan, menurutnya prinsip kelestarian lingkungan yang digalakkan perusahaan panas bumi seperti PGEO mampu membantu target pemerintah dalam mengatasi perubahan iklim. Dengan begitu target karbon bebas emisi atau Net Zero Emission (NZE) pun dapat tercapai pada 2060 atau lebih cepat.

Pasalnya, menurut data World Bank, emission factor dari pembangkit listrik tenaga panas bumi ini hanya sekitar 20-100 gCO2e/kWh, bila dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga gas bumi sekitar 350-450 gCO2e/kWh. Sementara pembangkit listrik tenaga uap-batu bara paling sedikit untuk tipe ultra-supercritical di 750-1100 gCO2e/kWh.

Sayangnya, hingga saat ini 60% sumber energi pembangkit listrik masih menggunakan tenaga uap dari batu bara. Untuk itu, penggunaan energi baru terbarukan, seperti panas bumi, harus lebih masif.

"Sudah menjadi kewajiban setiap perusahaan saat ini untuk bersama-sama mendorong target Enhanced National Determined Contribution (ENDC) di 2030 dan NZE di 2060 nanti, jadi itu merupakan hal minimum yang sudah menjadi keniscayaan untuk setiap perusahaan," jelas Daymas kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/11/2023).

Kesadaran perusahaan panas bumi juga dapat memberi dampak ekonomi langsung yang diterima oleh perusahaan. Hal ini karena dampak ekonomi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh praktik perusahaan yang tidak bertanggung jawab akan sangat besar, ditambah lagi dengan adanya carbon tax di masa mendatang.

Apa yang dilakukan PGEO menurutnya bisa dilakukan kepada pelaku industri panas bumi lainnya, untuk memiliki pemahaman dan upaya yang sama dalam mencapai target NZE.

Daymas menegaskan perusahaan energi panas bumi yang ada juga harus bisa menggunakan sumber air yang berkelanjutan dan tidak bersinggungan dengan sumber air untuk masyarakat di sekitar.

"Dalam operasinya, perusahaan tersebut akan banyak mengambil pasokan air untuk diinjeksikan ke dalam lubang sumur, supaya bisa menghasilkan uap panas untuk memutar turbin, dan juga perlu diperhatikan siklus manajemen air dalam kegiatan operasi," pungkasnya.


(dpu/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ini Dia Rapor Kinerja Q1-2025, Petrosea - PGE