
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga, Rupiah Sambut Baik

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan suku bunga acuan yang ditahan serta arus dana asing yang cukup deras masuk ke domestik.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.550/US$ atau terapresiasi 0,13%. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (22/11/2023) sebesar 0,87%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.56 WIB kembali turun 0,27% menjadi 103,64. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (22/11/2023) yang berada di angka 103,92.
Rupiah hari ini (23/11/2023) mengalami penguatan pasca BI mengumumkan bahwa suku bunga acuannya ditahan di level 6%. Sementara suku bunga Deposit Facility juga tetap 5,25%, begitu pun suku bunga Lending Facility pada level 6,75%.
Hal ini sejalan dengan mayoritas lembaga yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Selain itu, Gubernur BI Perry Warjiyo juga menegaskan bahwa aliran modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor dengan imbal hasil yang menarik di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Hingga 21 November 2023, BI mencatat net inflow mencapai Rp40,46 triliun.
Lebih lanjut, Perry juga mengatakan strategi operasi militer yang pro market melalui instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Sekuritas Valas BI (SVBI) dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas industri keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri.
Sebagai catatan, lelang SVBI pada 21 November lalu memberikan hasil yang cukup menggembirakan, di mana instrumen tersebut disambut baik pelaku pasar.
"Lelang perdana 21 November 2023, pasar sambut baik penerbitan SVBI sebagaimana tercermin tingginya penawaran US$266,5 juta lebih tinggi dibanding target indikatif lelang US$200 juta," ujarnya.
Tidak sampai disitu, BI juga akan terus menjaga nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya. Di samping itu tetap siaga dengan sederet instrumen untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
"Strategi operasi moneter pro market dengan instrumen SRBI dan SVBI dioptmalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas keuangan domestik dan menarik masuknya aliran modal asing ke Indonesia," paparnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer
