Ini Alasan BI 'Pede' Pelemahan Rupiah Hanya Sementara

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
22 November 2023 14:51
Ilustrasi Dolar Amerika Serikat (AS) di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ilustrasi Dolar Amerika Serikat (AS) di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah bergerak melemah di tengah dewan gubernur Bank Indonesia (BI) mengadakan rapat bulanan untuk menentukan suku bunga acuan pada 22-23 November 2023. Terpantau dolar Amerika Serikat (AS) bertengger di level Rp15.565 akibat sentimen negatif dari global, khususnya AS.

Dilansir dari Refinitiv, pukul 09.29 WIB, depresiasi mata uang Asia dipimpin oleh rupiah Indonesia yang ambruk 0,87% terhadap dolar AS secara harian. Posisi kedua ditempati oleh ringgit Malaysia yang melemah sebesar 0,37%.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengungkapkan pelemahan mata uang pada sesi perdagangan pagi ini tidak hanya terjadi pada rupiah. Mata uang Asia lainnya ikut melemah.

"Triggernya minutes of meeting FOMC yang bernuansakan "data dependence". Khusus untuk Rupiah kebetulan di hari ini ada kenaikan permintaan valas oleh korporasi utk pembayaran kewajiban, dan permintaan dari bank-bank terkait fixing DNDF," papar Edi kepada CNBC Indonesia.

Meskipun demikian, dia memastikan sentimen ini masih bersifat temporer, dan supply atau demand valas di market masih sangat kondusif.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menilai pelemahan rupiah ini faktor domestik yang sementara akibat ada kontrak "forwards" (NDF) yang kadaluarsa, sehingga ada permintaan valas mendadak di pasar spot maupun DNDF.

Dari catatan Bahana, indeks dolar (DXY) masih menurun di 103 dan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury (UST) 10-tahun relatif rendah di 4.4%. Kondisi ini, kata Satria, berbeda dengan saat RDG di Oktober. Saat itu, rupiah melemah di Rp 15.800 karena indeks dolar lompat ke 106 dan yield UST 10-tahun yang naik ke 5%.

"Jadi isunya kali ini bukan rate-differentials, dan rasanya tidak akan direspon oleh BI dengan kenaikan suku bunga," tegas Satria. Dengan demikian, dia memastikan sentimen rupiah dipengaruhi faktor domestik yang bersifat sementara.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular