FOMC Rilis Risalah Rapat, Kemana Arah Rupiah Hari Ini?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 22/11/2023 08:40 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah semakin kokoh dalam tren penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) berkat data ekonomi domestik yang membaik dimana defisit neraca pembayaran lebih baik dari perkiraan, akan tetapi hari ini pasar perlu mewaspadai efek risalah the Fed yang potensi berpengaruh ke rupiah. 

Refinitiv mencatat rupiah ditutup menguat di angka Rp 15.435/US$ atau terapresiasi tipis 0,03% pada sepanjang perdagangan kemarin,  Selasa (21/11/2023) dan merupakan posisi terkuat sejak 25 September 2023. Penguatan ini juga melanjutkan kenaikan di hari sebelumnya yang juga terapresiasi sebesar 0,32%.

Penguatan rupiah sejalan dengan ndeks dolar AS yang mencapai titik terendah sejak akhir Agustus. Indeks, yang mengukur the greenback terhadap enam mata uang asing, mencatat level terendah di 103,18. Itu menandai level termurah bagi indeks tersebut sejak 31 Agustus, ketika mencapai 103,009.


Tren penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belum berdampak pada antusiasme masyarakat untuk membeli mata uang negara Paman Sam tersebut. Dua money changer atau jasa penukaran uang asing di kawasan Jakarta Selatan nampak sepi ketika CNBC Indonesia menyambangi kedua lokasi itu pada Selasa pagi (21/11/2023).

Kemarin, BI telah merilis data transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang keduanya menunjukkan defisit pada kuartal III-2023. Artinya kondisi ini melanjutkan tren defisit yang juga terjadi pada kuartal II-2023.

Transaksi berjalan pada kuartal III-2023 mengalami defisit US$900 juta atau 0,2% dari PDB. Bank sentral mengklaim defisit ini jauh menurun dibandingkan dengan defisit US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari PDB pada triwulan sebelumnya. 

Dari global, rThe Fed merilis risalah untuk pertemuan FOMC pada Oktober lalu pada Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Risalah FOMC menunjukkan jika pejabat The Fed akan lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga. Mereka juga mengisyaratkan hanya akan menaikkan suku bunga jika upaya untuk mengendalikan inflasi goyah.

Tidak hanya itu, dasar pertimbangan akan menunjukkan sedikit perubahan dari obsesi mengendalikan inflasi hingga 2% menjadi menahan suku bunga acuan tetap stabil, khususnya jika tidak ada kejutan kenaikan harga signifikan.

"Seluruh partisipan sepakat Komite ada di posisi untuk memproses (kebijakan) secara hati-hati. Kebijakan akan diputuskan berdasarkan informasi yang berkembang dan dampaknya kepada ekonomi," tulis risalah FOMC, dikutip dari website resmi The Fed.

Risalah tersebut menuliskan jika kondisi keuangan kini semakin ketat dipicu oleh imbal hasil yang lebih tinggi, kenaikan dolar, serta turunnya harga saham. Sebagian anggota FOMC melihat meskipun ekonomi masih tangguh dan pasar tenaga kerja AS masih kuat tetapi masih ada risiko dari perlambatan ekonomi. Risiko tersebut bisa membesar jika kondisi keuangan dan kredit makin ketat.

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal dalam basis waktu per jam rupiah masih tetap kokoh dalam tren penguatan-nya, setelah mencapai posisi terkuat sejak 25 September 2023, rupiah kini masih potensi menguat kembali menguji level psikologis Rp15.400/US$, apabila posisi ini teruji support selanjutnya bisa ke Rp15.360/US$, posisi ini didapatkan dari low candle 15 September 2023. 

Dilain sisi, pelaku pasar juga perlu menceemati resistance di level psikologis Rp15.500/US$ apabila rupiah ada pergerakan pembalikan arah melemah. 

Foto: Tradingview
Rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH 


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS