Rupiah Turun Tipis, Pasar Masih Tunggu Data Ini!

rev, CNBC Indonesia
16 November 2023 15:39
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pasar perihal data ketenagakerjaan serta data ekonomi lainnya malam hari ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp15.540/US$ atau terdepresiasi 0,06%. Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi dua hari beruntun.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.01 WIB naik tipis 0,05% menjadi 104,45. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (15/11/2023) yang berada di angka 104,39.

Rupiah mengalami pelemahan hari ini di tengah sikap wait and see pasar perihal data ekonomi AS yang akan dirilis malam hari ini (16/11/2023).

Hari ini, AS akan merilis beberapa data yang akan menjadi sentimen pasar, terdapat indeks harga impor dan ekspor periode Oktober 2023, klaim pengangguran, produksi industri dan manufaktur, serta terdapat pidato anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

Data tenaga kerja juga menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Fed) dalam menentukan kebijakan. Jika data tenaga kerja AS menunjukkan penurunan maka harapan pelaku pasar melihat The fed melunak akan semakin besar.

Saat ini, konsensus berekspektasi bahwa klaim pengangguran awal AS naik menjadi 220.000 dari sebelumnya 217.000. Sedangkan klaim pengangguran lanjutan AS menjadi 1.847.000 dari yang sebelumnya 1.834.000.

Di lain sisi, sentimen positif tetap hadir yang datang dari AS yakni mengenai inflasi dari sisi konsumen maupun produsen yang melandai dibandingkan periode sebelumnya.

Sebelumnya pada Selasa (14/11/2023), AS juga mengumumkan inflasi mereka melandai ke 3,2% (yoy) pada Oktober 2023 dari 3,7% pada September 2023.

Sementara pada Rabu (15/11/2023), Indeks harga produsen (PPI) AS terkontraksi 0,5% (month to month/mtm) pada Oktober 2023. Kontraksi ini adalah yang pertama sejak Mei dan terbesar sejak April 2020. Secara tahunan (year on year/yoy), harga produsen naik 1,3% dari Oktober 2022, melandai dari 2,2% pada September 2023 dan menjadi kenaikan terkecil sejak Juli.

Alhasil, pelaku pasar pun kini optimis jika siklus kenaikan suku bunga sudah berakhir.

Berdasarkan perangkat CME Fedwatch, 100% pelaku pasar meyakini The Fed menahan suku bunganya pada Desember 2023 bahkan hingga Januari 2024. Sementara pemotongan suku bunga diproyeksi mengalami kemajuan dari yang sebelumnya pada Juni 2024 menjadi Mei 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular