
Prospek Kinerja PGEO Cerah, Ini Pesan Analis Buat Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatat laba bersih US$ 133,4 juta atau Rp 2,06 triliun (kurs Rp 15.487 per 30 September 2023) di kuartal III-2023. Angka tersebut naik 19,7% secara tahunan (yoy) dari US$ 111,4 juta. Capaian laba tersebut berasal dari pendapatan usaha yang naik dari US$ 287,4 juta menjadi US$ 308,9 juta atau Rp 4,7 triliun.
Apiknya kinerja anak usaha PT Pertamina ini, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani pun merekomendasikan "buy" untuk PGEO.
"Saya merekomendasikan buy untuk PGEO dengan TP (target price) Rp 1.625 dalam waktu yang jangka pendek," jelas Arjun kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/11/2023).
Secara rinci, Arjun menjelaskan PGEO sebagai emiten di bidang energi baru terbarukan (EBT) memiliki sentimen positif yang berpotensi melanjutkan mendongkrak saham mereka di masa depan. Apalagi, energi baru terbarukan menjadi hal penting untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan penerapannya semakin mendesak.
"Industri panas bumi juga semakin berkembang. Jadi menurut saya prospek jangka panjang PGEO cukup cerah. Selain itu, kalau kita lihat posisi keuangan PGEO cukup bagus fundamentalnya solid ini terlihat dari CAGR laba bersih mereka serta dari rasio yang lain dengan valuasi masih wajar dan posisi hutangnya juga berdasarkan DER cukup rendah," rinci Arjun.
Ke depannya, dia menilai kenaikan harga saham PGEO dapat terjadi prospek pengembangan energi baru terbarukan yang semakin masif dan konsisten, terutama panas bumi di Indonesia. Apalagi panas bumi menjadi salah satu 'harta karun' bagi tanah air. Ditambah lagi kehadiran bursa karbon pun membuat emiten yang bergerak di bidang ini menarik, termasuk PGEO.
"Selain itu pemerintah sudah melaksanakan berbagai kebijakan untuk mendorong pengembangan energi panas bumi. Jadi bukan hanya PGEO, dampak positif juga akan dirasakan oleh bursa karbon dan juga pemerintah," pungkas Arjun.
Pada kuartal III-2023 ini, PGE juga sudah membukukan pendapatan dari kredit karbon sebesar US$ 732 ribu atau Rp 11,3 miliar yang merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia.
Dari sisi ekuitas, perseroan menunjukkan tren meningkat dari US$ 1,25 juta menjadi US$ 1,93 juta atau Rp 29,8 miliar apabila dibandingkan dengan 31 Desember 2022. Hal ini menunjukkan perseroan berada dalam kondisi keuangan yang sehat dan memiliki kemampuan untuk membayar hutang dan menghasilkan laba. Sedangkan liabilitas Perseroan turun dari US$1,22 juta menjadi US$ 960 ribu atau Rp14,8 miliar.
PGEO remi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 24 Februari 2023 dengan harga Rp 875. Dengan demikian hingga penutupan perdagangan pekan lalu, saham PGEO sudah terbang 54,86% ke level Rp 1.355 dibandingkan dengan harga IPO.
Untuk mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer, dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim, pemerintah telah meluncurkan bursa karbon atau IDXCarbon. Kehadiran IDXCarbon pun menambah peran strategis PGEO sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan. Pasalnya, hasil dari perdagangan ini akan diinvestasikan kembali pada upaya menjaga lingkungan, khususnya melalui pengurangan emisi karbon.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGEO Tetapkan Harga MESOP Tahap I Rp 648 Per Saham
