Breaking! IHSG Ambles 1% Lebih, Balik Lagi ke 6.700-an

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 08/11/2023 09:59 WIB
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ambles pada perdagangan sesi I Rabu (8/11/2023), di tengah sikap investor yang cenderung wait and see menunggu berbagai keputusan penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Per pukul 09:50 WIB, IHSG ambles 1,15% ke posisi 6.764,962. IHSG kembali balik ke level psikologis 6.700 pada sesi I hari ini.

Sekitar 50 menit setelah dibuka, nilai transaksi indeks sudah mencapai sekitaran Rp 2,5 triliun dengan melibatkan 7 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 471.168 kali. Sebanyak 135 saham menguat, 341 saham melemah dan 198 saham stagnan.


Secara sektoral, sektor energi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,52%. Selain sektor energi, sektor bahan baku juga memperberat IHSG yakni sebesar 1,13%

IHSG kembali terkoreksi mengikuti pergerakan bursa saham Asia-Pasifik pada hari ini. Namun, koreksinya IHSG terjadi di tengah masih menghijaunya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Investor sepertinya sedang menimbang data cadangan devisa (cadev) RI pada Oktober 2023 yang terpantau kembali melandai kemarin.

Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 sebesar US$ 133,1 miliar, menurun dibandingkan bulan sebelumnya US$ 134,9 miliar.

Penurunan posisi cadangan devisa sebesar US$ 1,8 miliar antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,".

Meski begitu, ke depan, BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Di sisi lain, malam hari ini Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell akan memberikan pidato pembuka untuk acara merayakan seratus tahun Divisi Riset dan Statistik.

Sebagai catatan, Divisi Penelitian dan Statistik (R&S) dibentuk pada tahun 1923 ketika Divisi Analisis dan Penelitian dikonsolidasikan dengan Divisi Statistik. Divisi R&S telah lama bertanggung jawab untuk memberikan dukungan penting kepada Dewan Direksi dan Federal Open Market Committee (FOMC) dalam berbagai masalah ekonomi dan keuangan.

Para pelaku pasar menunggu informasi perihal kebijakan yang akan di ambil The Fed dan menjadi patokan bank sentral negara lainnya untuk mengambil keputusan termasuk investor.

Sebagai informasi, The Fed menahan suku bunga acuan untuk kedua kalinya pada awal November ini di level 5,25-5,50%.

Oleh karena itu, saat ini pelaku pasar cenderung masih bersikap wait and see untuk menunggu berbagai keputusan penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pilah Pilih Investasi "Harga Diskon" Saat Ekonomi Melemah