Cadev Indonesia Sentuh Posisi Terendah 2023, Rupiah Melemah

rev, CNBC Indonesia
07 November 2023 15:21
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah cadangan devisa (cadev) Indonesia diumumkan kembali turun hingga neraca dagang China yang surplus namun semakin menyempit.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.625/US$ atau melemah 0,58%. Hal ini memutus tren penguatan yang terjadi tiga hari beruntun.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB naik tipis 0,28% menjadi 105,51. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (6/11/2023) yang berada di angka 105,21.

Pagi tadi Bank Indonesia (BI) telah merilis data cadev yang hampir sesuai dengan proyeksi pasar. Posisi cadev Indonesia pada akhir Oktober 2023 tetap tinggi sebesar US$133,1 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2023 sebesar US$134,9.

Penurunan posisi cadev tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Kekhawatiran pasar semakin meningkat karena posisi cadev saat ini merupakan yang terendah di sepanjang 2023. Jika penurunan ini terus berlanjut, maka kemampuan pemerintah dalam membayar utang luar negeri serta menstabilkan mata uang Garuda akan semakin terbatas.

Hal ini pun semakin diperparah dengan data neraca dagang China yang mengalami penurunan menjadi US$56,53 miliar meskipun masih tetap surplus. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak Februari 2023.

Ekspor China mengalami pelemahan menjadi -6,4% year on year/yoy menjadi US$274,83 miliar atau di bawah konsensus -3,3% yoy dan lebih rendah dibandingkan periode September yakni -6,2% yoy.

Kendati ekspor anjlok secara tahunan, tapi impor China jauh di atas konsensus serta mengalami perbaikan. Impor China naik 3% yoy menjadi US$218,3 miliar. Angka ini jauh di atas konsensus yang memperkirakan -4,8% yoy dan di atas periode sebelumnya yakni -6,2% yoy.

Sebagai mitra dagang Indonesia, kondisi di China menjadi sangat berpengaruh terhadap perekonomian domestik. Dengan turunnya neraca dagang China dan tingginya impor, maka hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi rupiah hari ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rakyat Indonesia Optimis, Tapi Rupiah Malah Miris

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular