
IHSG Ngacir 1%, 6 Saham Ini Penopangnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau masih belum beranjak dari zona hijau pada perdagangan sesi II Senin (6/11/2023), meski data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 cenderung melandai.
Per pukul 15:15 WIB, IHSG melesat 0,93% ke posisi 6.852,045. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 pada sesi II hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi II hari ini mencapai sekitaran Rp 7,9 triliun dengan melibatkan 25 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 297 saham menguat, 239 saham melemah dan 214 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi II hari ini, yakni mencapai 1,39%. Selain sektor sektor infrastruktur, sektor bahan baku juga menjadi penopang IHSG di sesi II hari ini yakni sebesar 1,37%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG di awal sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 8.87 | 5,175 | 1.47% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 8.39 | 73 | 4.29% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | 7.10 | 3,630 | 1.68% |
Bank Central Asia | BBCA | 5.19 | 8,975 | 0.84% |
Amman Mineral Internasional | AMMN | 5.11 | 6,850 | 2.24% |
Barito Renewables Energy | BREN | 3.14 | 4,240 | 2.42% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham perbankan besar berkapitalisasi pasar terbesar kedua di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi II hari ini, yakni mencapai 8,9 indeks poin.
Selain itu, emiten teknologi yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga menjadi penopang indeks di sesi II hari ini, yakni sebesar 8,4 indeks poin.
IHSG kembali melesat pada sesi I hari ini, melanjutkan penguatannya sejak perdagangan Jumat pekan lalu. Penguatan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa saham global yang juga cenderung cerah sejak Jumat pekan lalu.
Membaiknya sentimen pasar global setelah dirilisnya data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS), di mana data tersebut tampak tidak terlalu panas dan pernyataan Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell yang dinilai tidak terlalu ketat untuk kebijakan The Fed ke depannya.
Pasar tenaga kerja AS mulai mendingin. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya tingkat pengangguran serta melambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor non-pertanian (non-farm payrolls/NFP).
Data tenaga kerja yang memburuk ini menjadi kabar baik bagi dunia karena mencerminkan inflasi yang melambat sehingga memungkinkan The Fed melunak.
NFP AS meningkat sebesar 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Jumat pekan lalu. Data ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000, dikutip dari CNBC International.
Sedangkan untuk tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober lalu. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.
The Fed mengumumkan bahwa suku bunga ditahan di level 5,25-5,50%. Kendati demikian, Powell tidak menutup kemungkinan adanya kenaikan suku bunga pada pertemuan Desember nanti.
Di lain sisi, IHSG tetap menghijau meski data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 cenderung melandai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi 4,94% secara tahunan pada kuartal III-2023. Pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal III-2022 sebesar 5,73% (year-on-year/yoy) dan lebih rendah dari 5,17% pada kuartal II-2023.
Plt Kepala BPS Amalia Adiningrat Widyasanti mengungkapkan melambatnya perekonomian global terjadi perubahan iklim dan turunnya harga komoditas ekspor unggulan.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kuartalan lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, hal ini sejalan dengan pola yang biasanya terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, di mana pertumbuhan kuartal III selalu lebih rendah, kecuali pada saat pandemi.
"Secara tahunan (yoy) ekonomi Indonesia pada kuartal III tumbuh 4,94% dibandingkan kuartal sama dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan capaian ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga solid dan tumbuh," kata Amalia dalam paparan BRS BPS, Senin (6/11/2023).
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan