
IHSG Lagi-lagi Melesat 1% Lebih, Balik ke Level 6.800-an

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali melesat pada perdagangan sesi I Jumat (3/11/2023), mengikuti pergerakan bursa saham global yang juga kembali bergairah.
Per pukul 11:03 WIB, IHSG melesat 1,01% ke posisi 6.819,847. IHSG akhirnya kembali menyentuh level psikologis 6.800 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitaran Rp 4 triliun dengan melibatkan 13 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 560.945 kali. Sebanyak 317 saham menguat, 182 saham melemah dan 205 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi kembali menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 3,57%. Selain sektor teknologi, sektor properti juga menjadi penopang IHSG di sesi I hari ini yakni sebesar 1,41%.
IHSG melanjutkan penguatannya sejak perdagangan kemarin dan juga mengikuti pergerakan bursa saham global.
Investor masih optimis setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya pada Kamis dini hari kemarin waktu Indonesia.
The Fed menahan suku bunga acuanya di level 5,25-5,50%. Ini menjadi kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir The Fed menahan suku bunga acuannya. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023. Keputusan menahan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.
Namun, The Fed menegaskan jika inflasi belum turun secepat keinginan mereka sehingga potensi kenaikan suku bunga masih ada.
Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga secara agresif sebesar 525 basis poin (bp) sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini.
Sikap The Fed ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali menurun. Yield Treasury tenor 10 tahun melandai ke 4,668%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan akhir Oktober yang sempat menyentuh 5%.
Pada saat yang bersamaan, indeks dolar juga turun ke 106,14 kemarin, dari 106,88 pada hari sebelumnya.
Melandainya imbal hasil dan indeks dolar ini menjadi kabar positif bagi Indonesia karena ada peluang bagi inflow asing di pasar saham, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN).
Dengan imbal hasil yang lebih rendah maka return berinvestasi di US Treasury juga akan lebih kecil sehingga investor bisa mencari pasar yang lebih menarik seperti Indonesia.
Imbal hasil US Treasury dan indeks dolar turun karena pelaku pasar semakin optimis The Fed akan segera mengakhiri siklus bunga tinggi. Optimisme mereka semakin naik setelah data tenaga kerja AS memburuk.
Kamis kemarin, AS melaporkan klaim pengangguran naik 5.000 menjadi 217 ribu pada pekan yang berakhir pada 28 Oktober. Jumlah ini ada di atas ekspektasi pasar yakni 210.000.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan