Ketengan Investor Akibat Perang Gaza Mereda, Minyak Anjlok 4%
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia dibuka menguat pada perdagangan Selasa (24/10/2023) setelah penurunan dua hari beruntun karena meredanya perang Israel-Hamas Palestina.
Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka lompat 0,77%% di posisi US$86,15 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka melesat 0,71% ke posisi US$90,47 per barel.
Sementara pada perdagangan Senin (23/10/2023), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 3,67% di posisi US$85,49 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup turun 2,53% ke posisi US$89,83 per barel.
Harga minyak turun dalam pada hari Senin karena upaya diplomatik di Timur Tengah semakin intensif dalam upaya untuk menahan konflik antara Israel dan Hamas, sehingga mengurangi kekhawatiran investor tentang potensi gangguan pasokan.
Penurunan sesi kemarin merupakan penurunan terbesar kedua benchmark dalam satu hari sejak awal Oktober.
Para pemimpin Uni Eropa akan menyerukan "jeda kemanusiaan" dalam konflik minggu ini sehingga bantuan dapat menjangkau warga Palestina di Gaza, dan para pemimpin Perancis dan Belanda akan mengunjungi Israel minggu ini.
Konvoi bantuan mulai berdatangan di Jalur Gaza dari Mesir pada akhir pekan.
Sayap bersenjata kelompok militan Hamas Palestina mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah membebaskan dua perempuan tawanan sipil sebagai tanggapan terhadap upaya mediasi Mesir-Qatar, dan sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa mereka adalah warga lanjut usia Israel.
Israel melanjutkan pemboman terhadap Gaza pada hari Senin setelah melancarkan serangan udara di Lebanon selatan semalam.
Kedua harga minyak acuan tersebut mencatat kenaikan mingguan selama dua minggu terakhir, di tengah kemungkinan gangguan pasokan di Timur Tengah, wilayah pemasok minyak terbesar di dunia, jika konflik meluas.
"Meningkatnya kemarahan di kawasan ini akan memperkuat hambatan perekonomian, potensi kenaikan harga minyak akan mendorong inflasi global lebih tinggi, pengetatan moneter dapat dilanjutkan, dan pertumbuhan permintaan minyak global akan terhambat," ucap analis PVM, Tamas Varga.
Di tempat lain, Presiden AS Joe Biden pekan lalu mengumumkan penangguhan sanksi terhadap anggota OPEC Venezuela, setelah pemerintah Venezuela mencapai kesepakatan dengan oposisi.
Hal ini dapat mengembalikan ekspor ke pasar, namun sejauh mana hal ini dapat memitigasi dampak risiko pasokan di Timur Tengah masih belum jelas.
Langkah Venezuela ini diperkirakan akan menambah 200.000-300.000 barel per hari minyak mentahnya ke pasar ekspor global. Namun hal ini belum tentu dapat menggerakkan pasar, dan produksi minyak tersebut juga tidak diharapkan dalam waktu dekat.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)