Suku Bunga BI Naik, Akankan Rupiah Menguat Hari Ini?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Jumat, 20/10/2023 07:52 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang secara tak terduga kembali naikkan suku bunga, rupiah secara cepat merespons pembalikan arah menguat walaupun posisinya masih di level Rp15.800/US$.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Kamis (19/10/2023) rupiah ditutup di angka Rp15.810/US$, melemah 0,54% jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan Rabu (18/10/2023) yang juga terdepresiasi 0,10%. Alhasil, rupiah telah melemah dua hari beruntun.

Kendati begitu, pada sepanjang perdagangan kemarin rupiah sempat melemah paling parah ke Rp15.853/US$, kemudian setelah pengumuman langsung ada sinyal pembalikan arah menguat ke Rp15.820/US$, bahkan sempat kembali ke level psikologis Rp15.800/US$.


Pada pengumuman kemarin, Kamis (19/10/2023) sekitar pukul 14.00 WIB, BI tidak terduga memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya untuk periode Oktober 2023.

Kini BI-7 days reverse repo rate (BI7DRRR) berada di level 6%. Suku bunga Deposit Facility juga naik menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25% menjadi 6%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (19/10/2023).

Keputusan ini berbeda dengan proyeksi pelaku pasar yang memperkirakan bank sentral RI tersebut masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.

Alasan BI menaikkan suku bunga acuannya kali ini karena untuk memperkuat stabilitas rupiah akibat mata uang Garuda tersebut terus terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS).

"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak mengingat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk mitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3 plus minus 1% pada 2023 dan 2,5 plus minus 1% pada 2024," ujar Perry.

Faktor terbesar perubahan kebijakan ini adalah situasi dunia yang sangat tidak pasti, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo. Perry bilang, terdapat lima perubahan signifikan.

  1. Pertumbuhan ekonomi global melambat dan divergensi pertumbuhan semakin lebar.

  2. Ketegangan geopolitik mempengaruhi harga minyak dan pangan, memperlambat inflasi.

  3. Suku bunga AS diperkirakan akan tinggi dalam jangka panjang, dengan ketidakpastian tinggi.

  4. Kenaikan suku bunga global, termasuk obligasi pemerintah.

  5. Dolar AS menguat, melemahkan mata uang negara lain, termasuk rupiah.

Perry Warjiyo pun kembali mengeluarkan 'jamu pahit' dan 'jamu manis' untuk menjaga stabilitas rupiah, inflasi, serta ekonomi domestik. Jamu pahitnya berupa kenaikan suku bunga acuan untuk menjaga inflasi rendah.

Sementara, jamu manis yang Perry maksud, diantaranya kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit sektor prioritas.

Kemudian, pelonggaran rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk perbankan serta melanjutkan kebijakan down payment (DP) 0% untuk properti dan kendaraan bermotor hingga 2024.

Menyoal mata uang garuda, Perry menyebut, pelemahan rupiah disebabkan oleh investor yang lebih memilih dolar AS karena tingginya suku bunga di negara maju, terutama AS. Hal ini membuat aliran modal keluar dari pasar negara berkembang dan memperkuat dolar AS.

Teknikal Rupiah

Pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS secara teknikal dalam basis waktu per jam masih dalam tren pelemahan, bahkan kini sudah berada di level Rp15.800/US$. Ada potensi rupiah masih bisa melemah dalam jangka pendek ke resistance terdekat di posisi Rp15.900/US$, posisi ini diambil dari level psikologis yang potensi diuji selanjutnya.

Sementara posisi support yang perlu dicermati apabila ada pembalikan arah, bisa dilihat pada garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20) di angka Rp15.785/US$. Posisi tersebut bisa dijadikan target penguatan rupiah dalam jangka pendek, pasalnya harga selalu bergerak fluktuatif sehingga diharapkan akan ada pembalikan arah menguat juga.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed