Ada Kabar Genting dari China, Kuatkah Rupiah Hari Ini?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 18/10/2023 08:32 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Rupiah terpantau mulai menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di saat neraca dagang mengalami surplus yang besar serta tekanan dari China.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka 15.710/US$ atau menguat 0,03% terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin, Selasa (17/10/2023). Posisi ini berkebalikan dengan pelemahan yang terjadi penutupan perdagangan satu hari sebelumnya sebesar 0,22%.

Pergerakan rupiah kemarin ditopang oleh hasil impor Indonesia mengalami kelesuan baik secara bulanan maupun tahunan serta neraca dagang yang mengalami surplus lebih besar dibandingkan periode sebelumnya.


Indonesia mencatatkan surplus US$3,42 miliar pada September 2023, atau lebih tinggi dibandingkan pada Agustus 2023 yang tercatat US$3,12 miliar.

Nilai ekspor Indonesia September 2023 mencapai US$20,76 miliar atau turun 5,63% (month to month/mtm) dan jeblok 16,17% (year on year/yoy). Nilai impor Indonesia tercatat US$17,34 miliar, turun 8,15% (mtm) dan jeblok 12,45% (yoy).

Kendati terjadi penguatan, namun tekanan terhadap mata uang Garuda tidak terhindarkan. Pasalnya selisih antara US Treasury tenor 10 tahun dengan SBN tenor 10 tahun sudah semakin tipis atau sekitar 202 basis poin (bps). Hal ini membuat tekanan jual oleh investor asing terhadap pasar keuangan domestik masih cukup kental.

Sementara itu, melihat kondisi saat ini, Bank Indonesia (BI) diproyeksikan masih akan tetap menahan suku bunganya di angka 5,75% pada Kamis (19/10/2023). Pelaku pasar perlu mencermati hasil resmi kebijakan BI ini karena akan menentukan kestabilan rupiah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya

Namun, pelaku pasar juga menunggu apakah Gubernur BI Perry Warjiyo akan memberi sinyal-sinyal yang berbeda untuk kebijakan mendatang mengingat The Fed diproyeksi masih akan hawkish.

Suhu perpolitikan Indonesia diyakini juga akan memanas dalam sepekan ke depan karena capres harus mengumumkan bakal cawapresnya sebelum tenggak pendaftaran untuk pilpres 2024 berakhir pada 25 Oktober mendatang. Pendaftaran akan dimulai besok Kamis (19/10/2023).

Beralih ke Asia, China sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan merupakan negara dengan tujuan ekspor terbesar Indonesia diproyeksikan mengalami kemunduran perihal pertumbuhan ekonominya.

Konsensus berekspektasi bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) China berada di angka 4,4% atau lebih rendah dibandingkan kuartal-II 2023 yakni di angka 6,3%.

Perlambatan ekonomi China dapat berdampak kepada perekonomian Indonesia yang juga berpotensi melambat dan mengganggu pasar keuangan domestik.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal pergerakan rupiah dalam basis waktu per jam sudah terpantau mulai sideways walau tren besar masih melemah. Pada perdagangan kemarin, Selasa (17/10/2023), rupiah menguat ke Rp15.710/US$ terpantau sedang menguji garis rata-rata selama 20 jam atau (MA20).

Penguatan kemarin juga menunjukkan rupiah semakin mendekati support pada level psikologis Rp15.700/US$, apabila ini tertembus ke bawah potensi penguatan masih potensi berlanjut.

Kendati begitu, pergerakan harga selalu fluktuatif. oleh karena itu tetap perlu dicermati resistance terdekat pada Rp15.730/US$ yang diambil dari high 10 Oktober 2023 sebagai target pelemahan dalam jangka pendek.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam

CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Belum Menguat Seperti Mata Uang Lain, Ini Kata Ekonom