Biden Terbang ke Israel, Harga Minyak Melonjak 1%

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
18 October 2023 08:50
The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak dibuka menguat pada perdagangan Rabu (18/10/2023) menjelang perjalanan Presiden AS Joe Biden ke Timur Tengah.

Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka melesat 1,33% di posisi US$87,81 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka melonjak 1,50% ke posisi US$91,25 per barel.

Pada perdagangan Selasa (17/10/2023), harga minyak mentah WTI ditutup stagnan di posisi US$86,66 per barel, sementara minyak mentah brent ditutup naik 0,28% ke posisi US$89,90 per barel.

Harga minyak naik tipis pada hari Selasa dan melonjak 1% pada awal perdagangan hari ini karena investor menunggu untuk melihat apakah upaya diplomatik AS dan perjalanan Biden ke Israel akan mencegah meluasnya konflik di Timur Tengah.

Sementara itu, pada hari Selasa, Ketua Bank Sentral Richmond Federal Thomas Barkin mengatakan bahwa biaya pinjaman jangka panjang AS yang lebih tinggi dapat memberikan tekanan pada permintaan namun tidak jelas bagaimana hal ini akan mempengaruhi keputusan suku bunga bank sentral dalam tiga minggu.

Kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Kedua harga minyak acuan tersebut menguat pekan lalu di tengah kekhawatiran bahwa konflik Israel-Hamas dapat meluas ke wilayah penghasil minyak. Patokan global Brent naik 7,5%, kenaikan mingguan terbesar sejak Februari.

Kunjungan Biden ke Israel pada hari Rabu bertujuan untuk menyeimbangkan antara menunjukkan dukungan terhadap perang Israel terhadap Hamas dan mencoba menggalang negara-negara Arab untuk membantu mencegah konflik regional, setelah Iran yang merupakan anggota OPEC menjanjikan "tindakan pencegahan" dari "front perlawanan" negaranya.

"Harga minyak sedang goyah karena para pedagang energi menunggu untuk melihat apakah upaya diplomatik AS akan berhasil dalam mencegah konflik Israel-Hamas berubah menjadi perang regional yang lebih luas," ucap Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Dari AS, penjualan ritel AS meningkat lebih dari perkiraan pada bulan September karena rumah tangga meningkatkan pembelian kendaraan bermotor dan menghabiskan lebih banyak uang di restoran dan bar.

Namun masih ada yang membebani harga minyak dengan kemungkinan peningkatan pasokan, pemerintah dan oposisi Venezuela akan melanjutkan perundingan yang telah lama tertunda pada hari Selasa, yang dapat menyebabkan pelonggaran sanksi oleh Washington.

Sejak tahun 2019, AS telah menjatuhkan sanksi terhadap ekspor minyak dari Venezuela, yang merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), untuk menghukum pemerintahan Presiden Nicolas Maduro setelah pemilu pada tahun 2018 yang dianggap palsu oleh Washington.

Pemerintah AS telah mencari cara untuk meningkatkan aliran minyak ke pasar dunia untuk mengurangi harga yang tinggi. Namun peningkatan produksi minyak riil di Venezuela akan memakan waktu karena kurangnya investasi.

Saudi Aramco, Amin Nasser mengatakan perusahaan minyak terbesar di dunia dapat meningkatkan produksi dalam beberapa minggu jika diperlukan.

Nasser mengatakan permintaan minyak global akan meningkat menjadi 103 juta barel per hari (bph) pada semester kedua tahun ini, sementara kapasitas cadangan perusahaan adalah 3 juta barel per hari.

OPEC+, yang terdiri dari negara-negara OPEC dan sekutu utamanya termasuk Rusia, telah memangkas produksi sejak tahun lalu sebagai tindakan pencegahan untuk menjaga stabilitas pasar.

Mengenai pasokan AS, data industri menunjukkan stok minyak mentah turun sekitar 4,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 13 Oktober, mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular