
Ruang Pertumbuhan BRI Masih Lebar, Ini Amunisinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Ruang pertumbuhan kredit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. masih terbuka lebar.
Bank melaporkan kualitas aset membaik, di mana rasio NPL turun 31 basis poin (bps) menjadi 2,95%. Posisi loan at risk (LAR) atau kredit dalam risiko juga membaik dari 28,3% pada 2020 menjadi 14,9% per Juni 2023.
Kendati menurun, BRI tetap meningkatkan LAR coverage dari 28,3% pada 2022 menjadi 49,1% per Juni 2023. Pada periode yang sama NPL coverage BRI masih tergolong tinggi, meski sudah dalam tren menurun. Paruh pertama 2023 NPL coverage BRI berada pada level 248,5% dari sebelumya 239,2% pada 2022.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan saat ini perusahaan memiliki pencadangan terhadap NPL sebesar Rp 90 triliun atau tiga kali lipat dari total NPL yang senilai Rp 30 triliun.
Sunarso mengatakan di tengah era suku bunga tinggi yang terpenting adalah berupaya mengelola likuiditas secara optimal dengan tingkat risiko yang terkendali.
Bank juga melaporkan ruang likuiditas yang masih mumpuni. Rasio penyaluran kredit terhadap total dana yang diterima alias loan to deposit ratio (LDR) bank per semester I-2023 berada di level 87,83%, di bawah level optimal yakni 90-92%.
Dengan demikian BRI pada sisa akhir tahun ini masih akan ekspansif menyalurkan kredit. "Saya kira yang paling penting adalah dalam situasi yang butuh pertumbuhan tetapi likuiditasnya ketat maka kita harus optimal, betul-betul optimal menggunakan likuiditas itu sendiri. Caranya gimana? Itu yang kita sebut just right liquidity, tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan," kata Sunarso.
Adapun BRI secara individu melaporkan penyaluran kredit sebesar kredit senilai Rp 1.123,64 triliun, naik 11,9% secara tahunan (yoy) per Agustus 2023.
Angka tersebut di atas pertumbuhan rata-rata industri perbankan pada periode yang sama. Mengutip data Bank Indonesia, kredit bank Agustus 2023 hanya naik 8,9% yoy.
Sebagian besar pembiayaan BRI mengalir kepada pelaku UMKM. Mengutip data Juni 2023, segmen UMKM menyumbang Rp 1.015,5 triliun atau 84,5% dari total kredit emiten bersandi BBRI tersebut. Lebih rinci, segmen mikro berkontribusi paling besar terhadap kredit UMKM, yakni 48,1% atau Rp 577,94 triliun.
Sementara itu, kualitas kredit UMKM secara umum memang telah membaik. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPL dan NPF kredit UMKM secara rata-rata, sejak awal 2023, masih merangkak naik.
Akan tetapi pada Juni 2023 terkoreksi 4,4% yoy per Juni 2023 menjadi Rp 51,46 triliun.
Rasio NPL dan NPF UMKM pun membaik pada bulan yang sama. Setelah sebelumnya sempat melambung tinggi, rasio NPL dan NPF turun ke level 3,7%.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BRI Salurkan Kredit Rp 1.202,13 T Pada Semester I 2023