Neraca Dagang RI Kabarnya Jeblok, Dolar Balik Rp15.700
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang rilis data neraca dagang Indonesia yang diproyeksikan lebih rendah dari periode sebelumnya.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka 15.690/US$ atau melemah 0,06% terhadap dolar AS bahkan di tengah perdagangan sempat menyentuh Rp15.710/US$. Posisi ini memutus tren penguatan rupiah yang menguat selama tiga hari beruntun.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Senin (16/10/2023) pukul 14.53 WIB, berada di posisi 106,55 atau turun 0,09% jika dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (13/10/2023) yang ditutup di angka 106,65.
Pagi hari ini akan dirilis data neraca dagang Indonesia beserta ekspor dan impornya oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September 2023 akan mencapai US$ 2,27 miliar.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang mencapai US$ 3,12 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 41 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 23,5% (year-on-year/yoy), sementara impor diprediksi terkoreksi 3,3% (yoy) pada September 2023.
Sebagai catatan, nilai ekspor Agustus 2023 terkoreksi 21,2% (yoy), tetapi naik 5,5% (month-to-month/mtm) menjadi US$ 22 miliar. Impor terkontraksi 14,8 (yoy) dan turun 3,5% (mtm) menjadi US$ 18,88 miliar. Ekspor diperkirakan melandai pada September 2023 seiring dengan melambatnya harga komoditas serta perekonomian di negara mitra dagang, terutama dari China.
Jika neraca dagang Indonesia mengalami penyusutan yang cukup drastis, maka hal ini menjadi sentimen buruk yang dapat berdampak pada nilai tukar rupiah.
Sementara itu, berdasarkan data transaksi 9 - 12 Oktober 2023 yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp4,32 triliun, terdiri dari jual neto Rp4,62 triliun di pasar SBN, jual neto Rp0,10 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI.
Data tersebut menunjukkan masih terjadi capital outflow dari Indonesia yang cukup deras sehingga rupiah masih belum mampu menunjukkan penguatannya yang signifikan terhadap dolar AS.
Data yang tidak kalah pentingnya yaitu suku bunga Indonesia yang diproyeksikan masih tetap di tahan pada Kamis (19/10/2023) di posisi 5,75%. Jika prediksi tersebut benar, maka BI sudah menahan suku bunga acuannya selama sembilan bulan beruntun. Adapun BI mulai menahan suku bunga acuannya pada Januari 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(rev/rev)