
Menanti Rilis Neraca Dagang RI, Mampukah Rupiah Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang akhir pekan lalu, rupiah terpantau mulai menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kendati demikian dalam seminggu masih mengalami koreksi akibat tekanan eksternal tinggi.
Melansir data Refinitiv, mata uang Garuda pada pekan yang berakhir Jumat (13/10/2023) bertengger di Rp15.680/US$. Posisi ini melanjutkan tren penguatan rupiah dan menjadi tiga hari beruntun. Sementara secara mingguan, rupiah masih relatif melemah 0,48% terhadap dolar AS.
Banyak data dan kemungkinan informasi penting yang akan datang dari dalam negeri pada pekan ini yang potensi mempengaruhi gerak rupiah, mulai dari neraca dagang dan keputusan Bank Indonesia.
Neraca Dagang RI, Surplus Mengecil?
Dimulai Senin, dari Indonesia sendiri, data neraca perdagangan pada periode September 2023 akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September 2023 akan mencapai US$ 2,27 miliar.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang mencapai US$ 3,12 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 41 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 23,5% (year-on-year/yoy), sementara impor diprediksi terkoreksi 3,3% (yoy) pada September 2023.
Sebagai catatan, nilai ekspor Agustus 2023 terkoreksi 21,2% (yoy), tetapi naik 5,5% (month-to-month/mtm) menjadi US$ 22 miliar. Impor terkontraksi 14,8 (yoy) dan turun 3,5% (mtm) menjadi US$ 18,88 miliar. Ekspor diperkirakan melandai pada September 2023 seiring dengan melambatnya harga komoditas serta perekonomian di negara mitra dagang, terutama dari China.
Keputusan BI Jadi Perhatian
Pada Kamis, ada agenda cukup penting dari Indonesia yakni keputusan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI). BI saat ini tengah menghadapi dilema yang kuat seiring menunggu arah kebijakan suku bunga The Fed pada awal November 2023 mendatang.
Di satu sisi, BI juga perlu menyiapkan 'amunisi' untuk membendung pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang semakin mengkhawatirkan.
Pelaku pasar memperkirakan BI akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pekan depan di level 5,75%. Jika prediksi tersebut benar, maka BI sudah menahan suku bunga acuannya selama sembilan bulan beruntun. Adapun BI mulai menahan suku bunga acuannya pada Januari 2023.
Tak hanya itu pada pekan ini, juga menjadi periode pendaftaran bagi calon wakil presiden dan calon wakil presiden.
Jadwal pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden dipastikan akan dibuka pada 19 Oktober atau Kamis pekan ini dan ditutup pada 25 Oktober 2024. Pendaftaran capres-cawapres ini sangat ditunggu mengingat capres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo belum juga mengumumkan siapa capres mereka untuk pemilihan umum 2024.
Pemilihan capres-cawapres ini akan memberi gambaran seperti apa peluang masing-masing capres dan kebijakan mereka jika terpilih. Satu-satunya capres cawapres yang sudah mengumumkan pasangannya adalah Anies Baswedan yang akan maju bersama Muhaimin Iskandar.
Teknikal Rupiah
Dalam basis waktu per jam, tren besar rupiah dalam melawan dolar AS secara teknikal masih dalam pelemahan, hanya saja sudah terlihat mulai ada penguatan tipis selama tiga hari terakhir, nampak juga dari harga yang sudah menembus ke bawah garis rata-rata selama 20 jam (MA20) dan 50 jam (MA50).
Potensi penguatan selanjutnya kini rupiah potensi menguji posisi Rp15.660/US$, nilai ini bertepatan dengan garis rata-rata selanjutnya yaitu MA100. Hanya saja, tetap perlu diantisipasi terjadinya pembalikan arah melemah dengan mencermati angkat Rp15.730/US$, posisi ini diambil dari high yang sempat diuji pada pekan lalu.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Neraca Dagang RI Diramal Surplus Lagi, Rupiah Bisa Menguat?
