Rupiah Perkasa, Konsisten Tinggalkan Level Rp15.700

rev, CNBC Indonesia
Jumat, 13/10/2023 17:43 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sentimen yang datang dari AS serta China.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka 15.680/US$ atau melemah 0,03% terhadap dolar AS. Posisi ini melanjutkan tren penguatan rupiah dan menjadi tiga hari beruntun. Sementara secara mingguan, rupiah masih relatif melemah 0,48% terhadap dolar AS.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Jumat (13/10/2023) pukul 14.54 WIB, berada di posisi 106,34 atau turun 0,24% jika dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (12/10/2023) yang ditutup di angka 106,60.


Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) tercatat 3,7% (year on year/yoy) pada September 2023, laju yang sama seperti bulan sebelumnya. Angka ini sedikit lebih tinggi daripada proyeksi ekonom yang sebesar 3,6%.

Sementara secara bulanan (month to month/mtm), inflasi melambat dari 0,6% pada Agustus 2023 menjadi 0,4 % pada Agustus 2023, sebagian disebabkan oleh rendahnya tekanan dari harga energi. Namun, inflasi inti, yang tidak memperhitungkan volatilitas harga energi dan pangan, tetap stabil di angka 0,3% (mtm). Inflasi inti turun tipis dari 4,3% menjadi 4,1% pada basis tahunan (yoy).

Data inflasi membuat pasar kecewa karena mencerminkan masih panasnya ekonomi AS. Kondisi ini pada berujung pada ketatnya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ke depan. Inflasi September masih jauh dari target sasaran The Fed yakni 2%.

Sedangkan dari China, inflasi konsumen China tidak berubah pada bulan September 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, menyusul kenaikan sebesar 0,1% pada bulan sebelumnya dan tidak mencapai konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2%.

Data terakhir menunjukkan tekanan deflasi yang terus-menerus terjadi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi akibat lesunya permintaan.

Kendati berada di zona negatif, data ekspor dan impor China mengalami perbaikan secara tahunan. Ekspor dari China menyusut 6,2% yoy menjadi US$299,13 miliar pada September 2023, menyusul penurunan sebesar 8,8% pada bulan sebelumnya, dan lebih baik dari perkiraan penurunan sebesar 7,6%. Sedangkan data impor ke China menyusut 6,2% yoy menjadi US$221,4 miliar pada September 2023, melambat dari penurunan 7,3% pada bulan sebelumnya. 

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS