Setelah CPO, Bappebti Mau Bikin Bursa Kopi hingga Nikel

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
13 October 2023 14:40
Seorang pekerja berdiri saat menurunkan tandan buah segar untuk didistribusikan dari tempat pengumpul ke pabrik CPO di Kabupaten Kampar di provinsi Riau, Indonesia, Selasa (26/4/2022). (REUTERS/Willy Kurniawan)
Foto: Seorang pekerja berdiri saat menurunkan tandan buah segar untuk didistribusikan dari tempat pengumpul ke pabrik CPO di Kabupaten Kampar di provinsi Riau, Indonesia, Selasa (26/4/2022). (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah meresmikan Bursa Crude Palm Oil (CPO) Indonesia hari ini, Jumat (13/10/2023). Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengungkapkan akan membentuk bursa untuk komoditas lainnya seperti kopi, karet, kakao, hingga nikel.

"Pendirian Bursa CPO sekaligus menandai transformasi Bappebti. Ke depan, Bappebti akan fokus pada pengaturan dan pengawasan perdagangan berjangka komoditas strategis. Setelah CPO, Bappebti akan teruskan seperti kopi, karet, kakao, nikel dan sebagainya," ujar Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko pada peresmian Bursa CPO RI di Hotel Mulia, Jakarta Selatan, Jumat (13/10/2023).

Ia menjelaskan, sebelumnya Bappebti lebih fokus pada aset derivatif keuangan seperti kripto. Nantinya, pengelolaan aset kripto akan pindah ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2025.

"Untuk komoditi yang lainnya, tentu entar dulu lah saya coba duduk dulu sebentar. Kajiannya sudah kita mulai, dan sebetulnya bukan cuma kopi. tapi komoditi yang lainnya, komoditi strategis yang lainnya kita punya karet," jelas Didid.

Ia menjelaskan komoditas strategis RI yang masuk dalam pipeline untuk dibentuk bursa adalah kopi, kakao, karet, hingga kasiavera (kayu manis).

"Kita punya karet. Kakao, kalian itu, mohon maaf, dibodohin kalau keluar negeri beli coklat di luar negeri, bawa pulang ke Indonesia padahal coklatnya ada di Indonesia. Kakao itu Indonesia juga termasuk [produsen] yang terbesar di dunia jadi itu nanti akan kita atur," pungkasnya.

Selain itu, ia menjelaskan Indonesia merupakan penghasil 90% kebutuhan kayu manis dunia. Kebanyakan produksinya berada di Kerinci.

Namun, dalam membentuk bursa komoditas strategis RI ini, Didid mengatakan pihaknya harus membangun dengan benar. Teknisnya pasti berbeda dengan Bursa CPO.

"Makanya itu masih dalam kajian ya, artinya kalau kita salah-salah bangunnya, ya bisa jadi rontok. makanya ini harus-harus bener-bener bangun bursa kopi, saya bilang tadi bisa jadi berbeda dengan bangun bursa CPO nah, gimana bangunan bursa kopi? ini lagi kami kaji ya kan. kami ngajak berbagai pihak, akademisi, gitu-gitulah," jelasnya.

Maka dari itu, Didid mengaku belum memiliki target khusus kapan bursa komoditas strategis RI ini dapat terbentuk. Ia mengatakan akan melihat momentum yang tepat, sementara saat ini masih fokus dalam pelaksanaan Bursa CPO.

"Ini masalah momentum aja kami akan mencoba, kami lihat momen yang baik. Kami nggak mau mengganggu CPO ini juga, biarkan ini jadi dulu. Jadi sambil menunggu ini jadi kami gerilya bawah tanah dulu untuk yang lainnya," kata Didid.

Sementara untuk nikel, ia mengaku baru mendapatkan permintaan untuk dibentuk bursa dan belum melakukan kajian lebih lanjut.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa CPO RI Akan Segera Meluncur, Malaysia Gigit Jari?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular