Rupiah Ambruk, Emiten Ini Malah Full Senyum

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Rabu, 11/10/2023 07:52 WIB
Foto: Doc.Mayora Indah

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut dan kini posisi mata uang Garuda menjadi yang terlemah sejak 11 bulan terakhir. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.730/US$ atau melemah 0,29% terhadap dolar AS pada Selasa (10/10/2023).

Di tengah terhambatnya gerak pasar keuangan Tanah Air lantaran rupiah melemah, ternyata tak semua emiten bernasib merana, justru ada yang mendapatkan keuntungan dari kondisi ini. Emiten yang diuntungkan kala rupiah ambruk tentunya adalah perusahaan yang mendapatkan penghasilan dari penjualan ekspor sehingga banyak melakukan transaksi dengan dolar AS dan tidak memiliki paparan utang dalam denominasi tersebut.

Seperti emiten consumer goods PT Mayora Indah Tbk. (MYOR). Perusahaan produsen Beng-Beng dan Kopiko ini mengandalkan ekspor sebagai penopang bisnisnya yang sudah tersebar di negara-negara kawasan Asia.


Melihat laporan keuangannya, penjualan kumulatif hingga semester I/2023 tercatat mencapai Rp14,81 triliun, dimana 42% atau setara Rp6,31 triliun dikontribusi oleh penjualan ekspor. Mayoritas ekspor untuk produk mayora terpantau ke pasar Asia mencapai Rp5,91 triliun, nilai ini naik 6,99%. Sementara pasar ekspor lain sebesar Rp395,18 miliar juga mengalami lonjakan sebesar 27,53% pada periode yang sama.

Dalam kunjungan CNBC Indonesia ke Mayora Group Headquarters, perusahaan mempresentasikan ekspor ditujukan ke lebih dari 100 negara. Perusahaan menyebut dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar dapat menguntungkan karena menjadi momentum untuk menghimpun dollar.

"Tapi keindahannya dari momentum seperti ini, saya rasa untuk Mayora, ekspornya hampir setengah [penjualan]. Jadi, di perusahaan lain, mungkin jika rupiah turun, mereka akan mendapatkan masalah. Atau, jika mereka ekspor, mereka akan mendapatkan manfaat," kata Director & Global Marketing Director MYOR Ricky Afrianto kepada awak media, Selasa (10/10/2023).

Namun begitu, tren pelemahan rupiah tidak melulu soal meraup keuntungan. Melainkan, menjadi momentum untukbalancingatau penyeimbangan. Terlebih,penjualan perusahaan hampir sebesar 50% berasal dari ekspor.

"Jadi, bagi kami, jika nilai tukar tidak mengikuti keinginan kita, karena material asli yang diimporjuga meningkat. Jadi, bagi kita, itu sebenarnya menyeimbangkan. Jadi, itulah keindahannya bagi Mayora. Uniknya Mayora, karena kontribusi [penjualan] hampir 50:50 [dengan ekspor], itu membantu mengurangkan risiko," jelas Ricky.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Belum Menguat Seperti Mata Uang Lain, Ini Kata Ekonom