Gara-gara China-India, Harga CPO Ambles! Kini di Level 3.600
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau terkoreksi di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (6/10/2023) melanjutkan jatuhnya harga sejak perdagangan kemarin.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melemah 0,19% di posisi MYR 3.600 per ton pada pukul 08:00 WIB. Dengan perlemahan yang cukup signifikan sejak beberapa waktu belakangan mampu memboyong harganya ke level 3.600.
Pada perdagangan Kamis (5/10/2023) harga CPO ditutup ambles 2,91% ke posisi MYR 3.607 per ton. Dengan ini, dalam empat hari perdagangan harganya sudah jatuh 4,25%, dan ambrol 13,58% secara tahunan.
Amblesnya harga CPO dipicu karena penurunan permintaan minyak tropis luar negeri dari pembeli utama seperti India dan China.
Impor minyak nabati oleh India, pembeli minyak goreng terbesar di dunia, turun 19% pada bulan September dibandingkan bulan Agustus karena perusahaan penyulingan membatasi pembelian sebesar 26% setelah persediaan melonjak ke rekor tertinggi.
"Kami melihat permintaan yang buruk dari Tiongkok dan India, dan itulah alasan mengapa harga turun," kata seorang pedagang yang berbasis di New Delhi yang dikutip dari Reuters.
Sementara, dari sisi minyak saingannya bursa Komoditas Dalian tutup mulai 29 September hingga 6 Oktober untuk Festival Pertengahan Musim Gugur dan Hari Nasional. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOc2 turun 1,3%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Dari Indonesia, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia memperkirakan adanya peningkatan produksi komoditas tersebut sebesar 5% pada tahun ini dan stoknya diperkirakan mencapai 3,2 juta metrik ton pada akhir tahun.
Indonesia menaikkan harga referensi minyak sawit mentah menjadi US$ 827,37 per ton untuk periode 1-15 Oktober, namun tetap mempertahankan pajak ekspor dan retribusi minyak sawit mentah pada masing-masing US$ 33 dan US$ 85 per ton.
Dari Malaysia, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk bulan September diperkirakan meningkat antara 5,4% dan 8,1%, berdasarkan data dari perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia dan surveyor kargo Intertek Testing Services.
Minyak sawit Malaysia diperkirakan diperdagangkan antara 3.700 dan 4.500 ringgit per metrik ton mulai sekarang hingga pertengahan tahun 2024, karena pola cuaca El Niño mengancam pasokan di tengah meningkatnya permintaan, kata para analis.
Harga CPO mungkin menembus support di MYR 3,686 per metrik ton dan jatuh ke level terendah pada 21 September di MYR 3,637, karena konsolidasinya di atas support MYR 3,686 r akan berakhir.
Di sisi lain, pelaku pasar juga masih mencermati pergerakan harga minyak saingannya dari sisi minyak dunia. Harga minyak turun lebih dari US$ 1 pada perdagangan Kamis (5/10/2023), memperpanjang penurunan tajam pada sesi sebelumnya karena prospek permintaan yang tidak menentu menutupi dorongan dari panel OPEC+ yang mempertahankan penurunan produksi minyak untuk menjaga pasokan tetap ketat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(aum/aum)