BI: Suku Bunga Acuan 5,75% Cukup Jaga Stabilitas

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Rabu, 04/10/2023 10:24 WIB
Foto: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) merasa level suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) cukup untuk menjaga stabilitas perekonomian. Meskipun kini ada gejolak di pasar keuangan akibat situasi global, khususnya Amerika Serikat (AS).

Demikianlah disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam Seminar Nasional dengan tema Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) di Jakarta, Senin (4/10/2023)


"Kita gunakan kebijakan moneter dengan suku bunga, GWM itu kita gunakan untuk pro stability karena kita tahu bahwa ke depan gonjang ganjing masih ada, apa lagi dampak suku bunga tinggi terasa 2024 di negara maju dari berbagai faktor jadi stability tetap kita jaga," jelasnya.

Untuk diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 September 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

"Kita gak main suku bunga sejak terakhir kita naikin 225 bps ini angkanya kita pandang cukup jaga stabilitas di inflasi kita tapi di satu sisi cukup dorong kredit masih bisa tumbuh karena kami lihat likuiditas masih ampel," kata Destry.

BI juga berupaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudential hingga sistem pembayaran.

"Kita terus tingkatkan kualitasnya supaya masyarakat transaksi lebih aman nyaman dan ini kelihatan dengan transaksi melalui digital banking atau melalui uang elektronik dan sebagainya itu terus peningkatannya luar biasa bahkan penggunaan QRIS sekarng sudah mencapai 29 juta penggunaannya dengan merchant-nya angkanya sekitar itu 26an juta jadi ini kelihatan transaksi terlihat baik online sistem," paparnya.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed